Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pekerja Hanya Minta Dimanusiakan, Apa Sih Susahnya?

1 Mei 2023   19:10 Diperbarui: 7 Mei 2023   00:45 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja. (sumber: THINKSTOCKS/ASKOLD ROMANOV via kompas.com) 

Ya gimana deh, pengen dapet karyawan yang kayak toserba alias apa-apa bisa tapi gak mau keluar modal lebih. Situ niat cari karyawan apa Avatar? 

Tantangan yang tidak kalah berat juga banyak dirasakan pekerja perempuan. 

Perempuan punya kondisi biologis yang berbeda dengan laki-laki, yaitu haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Kondisi ini membuat perempuan bisa mengalami yang namanya perubahan bentuk tubuh maupun gejolak psikologis karena pengaruh hormonal. Dan kondisi tersebut seringkali tidak mudah bagi kami, para perempuan. 

Jadi, kalau ada pekerja perempuan meminta cuti haid karena mengalami nyeri perut hebat yang membuatnya kesulitan untuk beraktivitas normal, itu bukan karena mereka manja atau minta diistimewakan. Hak cuti khusus perempuan bukan keistimewaan, melainkan sesuatu yang sesuai dengan fitrah dan kodrat mereka sebagai perempuan. 

Pekerja perempuan juga masih sering mengalami diskriminasi, pelecehan dan upaya-upaya lain yang menghambat perkembangan diri mereka sebagai pekerja. 

Lebih memprihatinkan lagi pekerja perempuan kerah biru. Sudah upahnya kecil, jam kerja yang terlampau panjang, kalau tidak masuk kerja tidak dibayar (no work no pay), perlindungan kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja tidak diperhatikan. Ini termasuk upaya pemiskinan terhadap pekerja perempuan. 

Rasanya memang serba salah bagi pekerja. Mau kerja secukupnya sesuai job desc dianggap pemalas dan tidak produktif. Mau kerja lebih keras, eh malah kena tipes atau asam lambung kumat. 

Mau malas-malasan, takut dipecat. Giliran rajin bekerja dan murah hati, malah dimanfaatkan rekan kerja lain. Katanya sih minta tolong, tapi kok lama-lama jadi seperti penindasan terselubung ya? 

Sudah ya, sampai sini saja keluhannya. Ntar kalau banyak-banyak, dikira rewel, manja, mental lemah (ehm~)

Selamat Hari Buruh untuk semua yang masih mengabdi dan memperoleh gaji dari orang lain. Semoga pengusaha-pengusaha bermental kompeni itu segera insyaf. Dan untuk para pejuang hak-hak buruh, tetaplah galak dan garang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun