Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Makna Puasa Ramadan di Era Digital

1 April 2023   14:00 Diperbarui: 1 April 2023   14:06 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi melihat-lihat unggahan konten di medsos-photo by plann from pexels

Kedua, menahan jari untuk tidak flexing (pamer) dan humble bragging (merendah untuk meninggi)

ilustrasi flexing sedang menikmati liburan mewah-photo by pixabay
ilustrasi flexing sedang menikmati liburan mewah-photo by pixabay
Rasanya cukup sulit membandingkan antara fungsi media sosial sebagai ruang penjenamaan diri (personal branding) dengan ruang pamer. 

Sifat dunia maya yang cair kadang membuat sesuatu menjadi kabur sehingga tidak jelas antara yang benar dan salah; baik dan buruk; fakta dan opini; fakta dan fitnah; personal branding dan pamer; humble betulan dan humble bragging. 

Konten-konten flexing dan humble bragging seringkali memancing cibiran dan rasa dengki warganet. Namun anehnya, konten-konten seperti ini banyak juga yang suka. 

Kontrol atas hal-hal tersebut ada pada diri kita. Kita sendiri yang harus peka apakah sesuatu yang mau kita unggah itu baik, benar dan bermanfaat atau sebaliknya. 

Ketiga, menjaga pikiran dan hati untuk tidak berprasangka buruk kepada orang lain

Medsos dengan beragam konten, warganet dan huru-haranya, kadang bisa membuat kita tidak suka pada seseorang hanya karena unggahan atau aktivitasnya di medsos. 

Kita tidak kenal, tidak pernah berinteraksi atau dekat di dunia nyata dengan orang tersebut, tapi kita merasa benci oleh sesuatu yang tidak jelas sebabnya. Dan semua itu cuma gara-gara satu dua unggahan yang bisa jadi kita salah paham dalam menafsirkan maksud serta tujuan orang tersebut. 

Ada orang mengunggah foto-foto liburan, nongkrong di kedai kopi kekinian, wisuda, pencapaian karir, pernikahan, dianggap lagi pamer. Padahal kita tidak tahu kalau di balik foto-foto tersebut bisa jadi ada perjuangan menyelesaikan skripsi yang berdarah-darah; kerja keras sampai lembur bagai kuda dan kerja sampingan di mana-mana; melalui patah hati berkali-kali dan ditinggal nikah pas lagi sayang-sayangnya; sudah lebih dulu menyisihkan gaji untuk orangtua di kampung, zakat, infaq dan sedekah. 

Kita tidak bisa menilai niat dalam hati orang yang mengunggah. Namun, kita bisa kan, menjaga hati dan pikiran kita untuk tidak mudah berprasangka buruk pada orang itu?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun