Akhirnya kita jadi terjebak simplifikasi bahwa "kalau Anda muslim berarti Anda mendukung Palestina sedangkan kalau Anda non muslim berarti Anda mendukung Israel".
Ketika disampaikan pandangan lain yang ternyata berbeda dengan yang selama ini diyakini, bukannya berterima kasih atas tambahan ilmu atau mencari tahu lebih lanjut, malah berburuk sangka, "Jangan percaya, dia kan antek Yahudi." Atau kalau tidak begitu, ya bersikap ngeyel dan berlagak sebagai si paling paham.
Wasana Kata
Selama peradaban manusia masih ada, ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Teori lama bisa saja runtuh dan digantikan dengan teori baru.
Era di mana pengetahuan bisa didapat dari mana dan siapa saja, kita butuh kebijaksanaan untuk memahami dan menyikapi pengetahuan tersebut. Tanpa kebijaksanaan, kita hanya sekadar tahu  tapi tidak paham konteks.
Efeknya adalah close mindedness sehingga merasa diri lebih tahu, lebih pintar sedangkan orang lain salah dan sesat.
Nah, lewat tulisan ini, saya juga ingin bilang agar siapapun yang pernah atau sering membaca tulisan-tulisan saya untuk tidak menganggapnya sebagai kebenaran tunggal.
Tetaplah skeptis dan kritis, baik atas tujuan atau pesan terselubung apa yang ingin saya sampaikan. Gugatlah pendapat saya kalau memang salah atau kalau diperlukan. Siapa tahu kan, pandangan-pandangan saya ada yang sudah tidak relevan lagi di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H