Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Presidensi G20 dan Harapan bagi Inklusi serta Literasi Keuangan Indonesia

18 Juli 2022   12:07 Diperbarui: 18 Juli 2022   12:14 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Presiden Jokowi dalam pembukaan pertemuan pertama antara para menteri keuangan dan gubernur bank sentral-foto: Pool/Antara

Terlebih jika menilik kecenderungan anak muda sekarang yang lebih menyukai pekerjaan lepas atau freelance sehingga pendapatan yang diterima tidak menentu. Sebagai tenaga kerja lepas, mereka juga tidak mendapatkan uang pensiun seperti halnya PNS. 

Tanpa literasi keuangan yang baik, tidak mustahil jika mereka berpotensi mengalami kesulitan dan ketergantungan finansial akibat pengelolaan keuangan yang berantakan. Kondisi inilah yang dikhawatirkan dapat menciptakan 'generasi roti lapis' (sandwich generation) baru di masa depan. 

Di samping itu, dunia ekonomi dan keuangan Indonesia juga punya PR besar terkait kesetaraan akses bagi penyandang disabilitas. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Heru Kristiyana, dalam acara peluncuran Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan memaparkan bahwa sebanyak 91,26% lembaga keuangan di tingkat pusat dan 88,57% lembaga keuangan di tingkat daerah  tidak memiliki petunjuk teknis mengenai operasionalisasi khusus pelayanan keuangan untuk penyandang disabilitas. 

Sungguh miris sebenarnya, mengingat penyandang disabilitas merupakan kelompok minoritas terbesar di dunia, tapi masih sering terabaikan dalam pembangunan ekonomi. 

Stigma dan prasangka bahwa penyandang disabilitas adalah orang yang tidak berdaya dan tidak mandiri membuat mereka sering kesulitan memeroleh akses keuangan yang ramah disabilitas. 

Padahal survei WEF tahun 2018 memprediksi adanya ceruk pasar yang potensial untuk layanan keuangan bagi penyandang disabilitas senilai kurang lebih US$ 1 triliun dalam bentuk disposable income. 

Harapan Akan Inklusivitas dan Literasi Keuangan yang Semakin Baik

masyarakat yang melek keuangan akan membuat keputusan keuangan yang bijak-photo by anna nekrashevich from pexels
masyarakat yang melek keuangan akan membuat keputusan keuangan yang bijak-photo by anna nekrashevich from pexels
Inklusi dan literasi keuangan merupakan salah satu kunci sukses pembangunan ekonomi nasional. 

Inklusi keuangan dibutuhkan untuk mendorong distribusi pendapatan secara lebih merata sehingga mengurangi kemiskinan. Sementara untuk mewujudkan sistem keuangan yang inklusif, perlu peningkatan literasi keuangan masyarakat. 

Inklusi dan literasi keuangan bagi perempuan tidak hanya bermanfaat dalam memperkuat ketahanan ekonomi rumah tangga mereka, tapi juga berkontribusi dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional maupun global yang sempat ambruk akibat pandemi Covid-19. 

Hal ini ditunjukkan melalui hasil statistik McKinsey yang dikutip dalam laman resmi Kementerian Keuangan mengatakan kontribusi perempuan dalam perekonomian mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian global sebesar US$ 12 triliun pada tahun 2025 dan US$ 4,5 triliun untuk kawasan Asia Pasifik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun