Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menilik Hubungan Antara Kerusakan Hutan dengan Penyebaran Penyakit Zoonotik

26 Mei 2022   10:36 Diperbarui: 28 Mei 2022   16:14 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diagram pemicu penyebaran penyakit zoonotik yang terjadi sejak tahun 1940-sumber: tangkapan layar dari IDEEAL final report 2019

Hubungan antara hilangnya hutan tropis dengan penyebaran penyakit zoonotik terkait erat dengan beberapa hal, seperti hilangnya jasa lingkungan, fragmentasi hutan dan habitat, hilangnya keanekaragaman hayati, perdagangan satwa liar dan kebakaran hutan.

Hilangnya Jasa Lingkungan

Sebagai penyedia jasa lingkungan, hutan berperan sebagai tempat penyerapan dan penyimpanan karbon, pemurnian air dan udara, pencegah banjir, konservasi keanekaragaman hayati dan pemeliharaan kesehatan serta kesejahteraan manusia. 

Deforestasi hutan menyebabkan kemampuan hutan dalam mengendalikan penyebaran penyakit berkurang sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular, epidemi bahkan pandemi.

Fragmentasi Hutan

Fragmentasi hutan menyebabkan area hutan yang luas dipecah atau diubah menjadi area hutan yang kecil-kecil sehingga menciptakan lebih banyak daerah tepian hutan. Hal ini menyebabkan peningkatan kontak langsung antara manusia dan hewan liar sehingga penyakit lebih mudah menular.

Perdagangan Satwa Liar

Perdagangan satwa liar (baik legal maupun ilegal) merupakan bisnis dengan keuntungan besar tapi berisiko menularkan penyakit zoonotik lewat interaksi antara manusia dengan satwa liar. Tidak jarang perdagangan satwa liar ini terjadi lintas negara sehingga penularan penyakit berpotensi meluas lebih cepat.

Trenggiling adalah satwa liar yang paling banyak diburu dan diperdagangkan di dunia. Pengobatan tradisional Cina banyak memanfaatkan sisiknya untuk obat bagi sejumlah penyakit. Dagingnya pun dikonsumsi.

Meski mungkin tidak terkait dengan penyebaran virus Covid-19, trenggiling diketahui bisa menjadi sumber virus Corona lain dan telah menunjukkan ancaman bahaya nyata bagi kesehatan. Orang-orang yang terlibat dalam proses, mulai dari perburuan, pengangkutan hingga penjualan berisiko ikut terpapar.

Jika daging satwa liar tersebut dijual, kebersihan tempat penjagalan dan berjualan yang memprihatinkan, berisiko meningkatkan dan mempercepat proses penularan. Begitu pula dengan mereka yang mengonsumsinya.

Kebakaran hutan

ilustrasi kebakaran hutan-photo by Vladyslav Dukhin from pexels
ilustrasi kebakaran hutan-photo by Vladyslav Dukhin from pexels
Para ahli yang hadir dalam pertemuan internasional di Columbia pada Agustus 2019 mencatat bahwa kebakaran hutan Amazon dapat mengubah habitat dan perilaku spesies hewan yang menjadi inang penyakit endemik serta meningkatkan risiko penularan penyakit pada manusia. 

Kebakaran hutan memaksa hewan-hewan yang biasanya hidup di hutan, keluar dan mencari makan di sekitar pemukiman manusia. Jika hewan-hewan tersebut membawa bibit penyakit, mereka bisa menularkannya pada hewan ternak penduduk. Manusia yang berinteraksi atau mengonsumsi daging hewan ternak yang terinfeksi penyakit akan ikut terserang penyakit.

Upaya Menjaga Kelestarian Hutan

ilustrasi menanam bibit pohon-photo by Karolina Grabowska from pexels
ilustrasi menanam bibit pohon-photo by Karolina Grabowska from pexels
Hutan memiliki fungsi krusial bagi seluruh makhluk hidup di bumi. Kerusakan hutan berpengaruh signifikan terhadap perubahan iklim dan menimbulkan bencana, baik bencana hidrometeorologi maupun bencana sosial, seperti penyebaran penyakit zoonotik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun