Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tidak Ada Generasi yang Lebih Superior

11 April 2022   13:11 Diperbarui: 11 April 2022   18:32 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak-anak muda berselfie dengan smartphone-photo by Ketut Subiyanto from pexels.com

21 Mei 1998, rezim Orde Baru yang sudah 32 tahun berkuasa tumbang, salah satunya juga karena peran anak-anak muda mahasiswa. Jika saat itu para mahasiswa tidak bergerak, entah kapan kita bisa lepas dari cengkeraman rezim yang otoriter dan militeristik itu.

Apa yang telah dicapai oleh para pendahulu, hari ini dilanjutkan oleh anak-anak muda dengan memanfaatkan bakat dan kemampuannya dalam berbagai bidang. Ada yang berprestasi di bidang olahraga, saintek, seni dan sebagainya.

Lalu, sejak kapan sih, ada saling sindir antar generasi seperti ini?

Video berjudul Nyinyiran Si Tua kepada yang Muda: Analisis "Perang" Antar-Generasi yang tayang di kanal YouTube TirtoID (8/4/2022), mengungkapkan bahwa sindiran dari generasi tua kepada generasi muda sudah berlangsung sejak zaman Aristoteles.

Filsuf Yunani yang hidup pada abad ke-4 SM itu pernah berkomentar begini tentang anak muda, "Huh, anak-anak muda ini mengira mereka tahu segalanya. Dan mereka percaya diri sekali dengan sikapnya itu."

Berikutnya ada Horatius, penyair zaman Imperium Romawi, yang pada abad ke-1 SM pernah berkomentar begini, "Hm, anak-anak muda ini tidak bisa meramalkan hal-hal yang berguna, ya? Hobinya cuma menghambur-hamburkan uang."

Pandangan miring tentang anak muda kadang tidak hanya sekadar kata-kata atau ucapan. Ia juga bisa berkembang menjadi baku hantam, revolusi bahkan menjadi cikal bakal berdirinya suatu negara, seperti peristiwa Rengasdengklok yang telah saya sebut di atas.

Jadi, kita harus bersikap seperti apa nih, supaya antara generasi tua dan muda gak terus-menerus saling sindir?

Pertama, kita harus pahami dulu kalau setiap generasi itu punya tantangannya masing-masing.

Eyang-eyang kita zaman dulu belum mengenal listrik, moda transportasi modern apalagi internet, sehingga pekerjaan-pekerjaan dijalankan secara manual dengan tenaga manusia atau hewan.

Media komunikasi dan informasi juga masih terbatas. Mau tahu kabar anggota keluarga, sahabat atau kekasih yang ada di kota, pulau atau negara lain saja mesti menunggu berhari-hari bahkan berbulan-bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun