Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kelangkaan Minyak Goreng dalam Pusaran Isu Pangan, Energi, dan Lingkungan

21 Maret 2022   11:20 Diperbarui: 22 Maret 2022   13:03 2122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kelangkaan minyak goreng. Foto: Antara Foto/Irwansyah Putra via Kompas.com

Akibatnya, konsumsi CPO untuk industri biodiesel naik dari 5,83 juta ton pada tahun 2019 menjadi 7,23 ton pada 2020. Sementara konsumsi CPO untuk industri pangan turun dari 9,86 juta ton pada 2019 menjadi 8,42 juta ton pada 2020.

Kebijakan ini diperkirakan akan semakin meningkatkan konsumsi CPO untuk industri biodiesel melalui program B-30 (kandungan biodiesel 30% dalam bahan bakar minyak). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan konsumsi CPO untuk industri biodiesel akan mencapai 43% dari konsumsi CPO dalam negeri pada 2022 ini.

Isu Pangan, Energi dan Lingkungan

ilustrasi perkebunan kelapa sawit yang sering menjadi kontroversi terutama berkaitan dengan isu lingkungan-diunduh dari ekonomi.bisnis.com
ilustrasi perkebunan kelapa sawit yang sering menjadi kontroversi terutama berkaitan dengan isu lingkungan-diunduh dari ekonomi.bisnis.com
Minyak dan inti sawit, banyak dimanfaatkan untuk membuat produk pangan karena stabilitasnya dalam bentuk semi padatan pada suhu ruang. Oleh karena itu, ia juga digunakan sebagai pengganti lemak hewani dan minyak nabati yang karakteristiknya berbeda dengan kelapa sawit. Kelebihan lainnya adalah minyak sawit dan turunannya memiliki harga yang relatif lebih murah dibandingkan minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak canola dan minyak rapeseed.

Berbagai produk pangan yang berasal dari olahan minyak sawit antara lain minyak goreng, margarin, shortening, lemak dalam makanan manis, krim, filled milk, Cocoa Butter Alternatives (CBE/CBS/CBR) dan berbagai produk emulsifier lainnya.

Selain produk olahan pangan, minyak sawit juga digunakan dalam produk kebersihan (oleokimia), seperti sabun, sampo, kosmetik dan hand sanitizer.

Pemanfaatan terbesar kelapa sawit adalah sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng, terutama di negara-negara yang masyarakatnya memiliki budaya atau kebiasaan makan makanan yang digoreng. Itu sebabnya minyak goreng merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia.

Dikutip dari katadata.com (28/01/2022), Gapki memprediksi akan terjadi kenaikan produksi CPO pada tahun 2022 hingga 49 juta ton atau 4,52%.

Sementara konsumsi CPO dalam negeri akan naik 11,78% menjadi 20,59 juta ton dengan rincian: 9,6 juta ton atau kenaikan sebesar 7,21% untuk industri pangan, 2,16 juta ton atau penurunan sebesar 1,59% untuk industri oleokimia dan untuk industri biodiesel akan mengalami lonjakan drastis sebesar 20,26% menjadi 8,83 juta ton.

Pemanfaatan CPO untuk industri biodiesel yang terus meningkat sebenarnya tidak terlepas dari komitmen pemerintah terkait pengurangan emisi karbon untuk mencapai target emisi bersih. Salah satunya adalah dengan menggenjot penggunaan biodiesel atau BBN sebagai bahan bakar ramah lingkungan pengganti bahan bakar fosil. Sayangnya, upaya ini dinilai berpotensi mengganggu industri pangan dan dituding sebagai biang keladi kelangkaan minyak goreng.

Alih-alih lebih ramah lingkungan, konsumsi dan permintaan yang tinggi terhadap CPO sebagai BBN juga ditengarai menjadi penyebab tingginya laju deforestasi hutan. Sebabnya adalah kenaikan permintaan dan konsumsi CPO akan menyebabkan alih fungsi hutan untuk perkebunan sawit kian masif.

Padahal hutan, (terutama hutan gambut), merupakan penyerap karbon terbesar. Jika semakin banyak hutan rusak dan beralih fungsi, penggunaan biodiesel dinaikkan sampai B-100 pun percuma karena produksi emisi karbon akan lebih besar.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun