1. Jarak tempuh dan moda transportasi
Ketika berbelanja secara daring, pengiriman barang biasanya dilakukan oleh penyedia layanan. Aktivitas ini menimbulkan lalu lintas barang oleh manusia sehingga menghasilkan emisi karbon dari penggunaan bahan bakar alat transportasi. Jarak tempuh dan moda transportasi yang digunakan berpengaruh terhadap emisi karbon yang dihasilkan.
Penelitian dari perusahaan asal Kanada, Greenstory, menyatakan bahwa pengiriman barang melalui transportasi udara menghasilkan emisi 3 kali lebih besar daripada pengiriman melalui transportasi laut dan darat.
Dalam banyak kasus, sering terjadi kurir tidak langsung berhasil mengantarkan barang dalam 1 kali perjalanan. Entah karena alamat pengiriman yang kurang jelas sehingga kurir salah mengambil rute jalan, penerima tidak di rumah dan rumah kosong sehingga kurir harus bolak-balik dan sebagainya. Hal ini tentu menghabiskan lebih banyak bahan bakar sehingga emisi karbon yang dihasilkan lebih banyak.
Selain itu, rantai pasok yang panjang hingga sampai pada konsumen juga menghasilkan emisi karbon lebih banyak, termasuk saat proses penggudangan (warehousing) yang membutuhkan konsumsi energi listrik yang tinggi.
2. Pengiriman kilat
Pemesanan barang secara daring dari berbagai online shop yang berbeda dengan memanfaatkan layanan pengiriman kilat justru menjadi penyumbang terbesar dalam peningkatan emisi karbon.Â
Ini karena pihak distributror atau online shop lebih memprioritaskan kecepatan pengiriman sehingga tidak punya cukup waktu untuk menyortir dan menggabungkan barang-barang dalam satu angkutan agar lebih efisien. Akibatnya akan lebih banyak kendaraan yang lalu lalang mengantarkan barang dalam sehari.
Bayangkan kalau satu orang misalnya memesan 5 barang secara daring dari online shop berbeda, berapa banyak kurir dan transportasi yang hilir mudik mengantarkan barang pesanan orang tersebut dalam sehari?Â
Itu baru satu orang. Bagaimana jika diakumulasi dengan konsumen lain?
3. Retur pembelian atau pengembalian barang oleh konsumen