Oiya, jangan lupakan pula fakta bahwa perempuan juga sering menjadi korban pelecehan seksual di tempat kerja.
Penyebab
Diskriminasi terhadap perempuan di dunia kerja itu nyata, termasuk masalah upah, yang lebih didasarkan pada gendernya bukan dilihat dari kontribusi, keahlian atau tingkat risiko dan kesulitan pekerjaannya.
Perempuan dalam dunia kerja dipandang hanya sebagai penyokong bukan pencari nafkah utama.
Padahal kenyataannya, ada perempuan-perempuan yang berperan sebagai tulang punggung keluarga, seperti ibu tunggal, istri yang suaminya tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai pencari nafkah atau perempuan lajang yang harus menghidupi orang tua yang sudah tua sementara adik-adiknya masih sekolah.
Kegagalan dalam memahami antara peran biologis dan peran gender membuat perempuan harus menanggung beban ganda. Padahal pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak bukan hanya tugas perempuan. Â
Negara kita juga belum memiliki aturan tegas yang mengatur tentang hak dan kewajiban pekerja domestik.
Akibatnya perlindungan terhadap pekerja domestik nyaris tidak ada sehingga memungkinkan bagi majikan untuk berlaku semena-mena.
Dengan posisi tawar yang rendah, mereka juga lebih mudah digantikan oleh orang lain apabila majikan atau pemberi kerja sudah tidak butuh lagi.
Penutup
Menjadi ibu rumah tangga atau pekerja adalah pilihan masing-masing yang harus dihormati.
Narasi tentang pemberdayaan perempuan bukan hanya dilihat dari kuantitas. Bukan hanya soal mendorong atau merekrut pekerja perempuan sebanyak-banyaknya agar terlihat 'memberdayakan'. Lebih dari itu, ia bicara soal kesetaraan, kesejahteraan, keamanan dan keselamatan kerja.
Masalah yang dialami oleh perempuan dan ibu pekerja bisa saja berbeda antara satu dengan yang lain, tergantung posisi atau status sosial-ekonominya. Dan masalah yang berbeda tentu membutuhkan penanganan yang berbeda pula.