Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tidak Ada yang Menang dan Kalah dalam "Oppression Olympics"

22 Juni 2021   17:46 Diperbarui: 22 Juni 2021   21:35 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Oppression Olympics | Sumber: pexels/Nappy

Orang yang suka mengadu nasib siapa yang lebih menderita justru menunjukkan bahwa ia tidak benar-benar peduli pada masalah yang dihadapi oleh orang atau kelompok lain. Ia menganggap bahwa suatu masalah yang dihadapi seseorang atau suatu kelompok tidak lebih penting dari masalah yang dihadapi orang atau kelompok lain.

Hal ini juga sering ditemukan ketika kita curhat ke teman. Saat kita berharap dengan curhat ke teman akan membuat hati lebih lega karena bisa menumpahkan uneg-uneg, ternyata respon yang diberikan malah, "Masih mending lah itu, lha aku...". Kalau sudah begini, alih-alih lebih lega dan tenang, kita malah jadi emosi.

Saya beberapa kali mengatakan dalam artikel saya bahwa orang curhat itu tidak semuanya sedang butuh nasihat dan saran. Ada yang curhat hanya karena ingin didengar.

Terlepas dari apapun alasan ia curhat pada kita, apa yang dia rasakan itu valid sehingga mengadu nasib siapa yang lebih ngenes antara dia atau kita, menandakan bahwa kita tidak peka dan peduli pada keadaannya.

Wasana Kata

Penderitaan dan ketertindasan yang dialami seseorang atau suatu kelompok tidak seharusnya diperlakukan seperti kompetisi untuk menentukan siapa yang lebih tertindas. Membanding-bandingkan antara siapa yang lebih tertindas adalah tindakan konyol dan nirfaedah.

Namanya ketertindasan, siapa pun yang mengalami, pantas untuk mendapat perhatian dan pertolongan. Dan siapa pun dapat menjadi pihak tertindas maupun penindas.

Alih-alih saling mengadu penderitaan, mengapa kita tidak belajar menumbuhkan sikap empati dan saling memahami agar dapat mencari solusi bersama yang saling menguntungkan?

Referensi : 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun