Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Diderot Effect, Candu dan Ancaman Bagi Kesehatan Finansial Kita

4 Juni 2021   14:44 Diperbarui: 4 Juni 2021   16:30 2063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi macam-macam aplikasi belanja daring | sumber gambar: itoel.com

Nah, apakah para seleb yang suka pamer harta di sosmed bisa dimasukkan dalam kategori ini? Silakan, para netizen yang budiman dan budiwati untuk julid dan nyinyir berkomentar.

Cara Mengatasi Diderot Effect

Diderot Effect membuat seseorang tidak mampu memetakan mana kebutuhan mendesak dan mana yang tidak karena selalu menuruti godaan pasar. Akibatnya seseorang bisa terjebak pada tumpukan utang. Jika dibiarkan, maka kondisi finansial kita akan carut-marut.

Lalu bagaimana cara mengatasi Diderot Effect agar tidak terus menggerogoti keuangan kita?

Pertama, menghindari atau mengurangi hal-hal yang menjadi pemicu Diderot Effect, seperti situs-situs atau aplikasi belanja daring, fitur paylater pada aplikasi dompet digital, kartu kredit dan sebagainya.

Ilustrasi macam-macam aplikasi belanja daring | sumber gambar: itoel.com
Ilustrasi macam-macam aplikasi belanja daring | sumber gambar: itoel.com

Kebiasaaan berbelanja saat ini sudah banyak beralih ke belanja daring. Untuk mengurangi Diderot Effect, Anda bisa membatasi jumlah aplikasi belanja daring yang diinstal di smartphone Anda. Pilihlah yang paling menguntungkan.

Jika Anda ingin memanfaatkan fitur paylater atau kartu kredit, ambil limit terkecil. Lalu, maksimalkan pembayaran cicilan dan lakukan secara tepat waktu untuk menghindari denda.

Kedua, waspadai snowball effect.

Pikirkan apakah setiap pembelian yang Anda lakukan akan menimbulkan pembelian lainnya atau tidak? Misalnya, Anda membeli gadget mewah. Apakah setelahnya Anda butuh beli asesoris tambahan yang compatible dengan gadget tersebut?

Jika iya, Anda harus menyediakan dana lebih untuk antisipasi.

Ketiga, terapkan kebiasaan "buy one give one" yang berarti setiap Anda membeli satu barang baru, maka Anda harus memberikan satu barang yang Anda miliki pada orang lain. Hal ini sekaligus menanamkan kebiasaan bersedekah kepada yang membutuhkan.

contoh penerapan
contoh penerapan "buy one give one" yang dilakukan oleh perusahaan TOMS Shoes | sumber gambar : causemarketing.com

Keempat, belilah sesuatu karena butuh, bukan gengsi.

Kalau punya dana berlebih sih silakan. Tapi kalau tidak, ya tidak perlu memaksakan diri.

Saya lebih memilih mengalahkan gengsi dibanding memaksakan diri untuk punya banyak barang mewah tapi hasil utang sana sini.

Kelima, belajar mengendalikan diri dari belanja hal-hal yang tidak perlu dengan menerapkan satu bulan tanpa membeli barang baru (go one month without buying something). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun