Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Mengapa Kecakapan Bahasa Inggris Orang Indonesia Rendah?

29 Mei 2021   09:47 Diperbarui: 7 Mei 2022   22:33 3033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi orang sedang membaca kamus bahasa Inggris | sumber gambar: pixabay.com

Lembaga pendidikan internasional yang fokus pada bahasa, pertukaran budaya dan perjalanan pendidikan, Education First (EF), merilis peringkat English Profiency Index (EPI) setelah menganalisis data 2,2 juta orang bukan penutur asli bahasa Inggris dari 100 negara dan wilayah pada tahun 2020 lalu. Hasilnya, English Profiency Index (EPI) atau indeks kecakapan bahasa Inggris orang Indonesia berada di peringkat 74 dari 100 negara yang disurvei.

Peringkat pertama dihuni oleh Belanda, disusul oleh Denmark dan Finlandia di posisi kedua dan ketiga. 

Sementara di wilayah Asia Tenggara, Singapura memperoleh peringkat tertinggi, yakni peringkat 10.

Peringkat Indonesia ini juga masih kalah dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya, seperti Filipina (peringkat 27) dan Malaysia (peringkat 30).

Itu artinya masih banyak orang Indonesia yang kecakapan bahasa Inggrisnya di bawah standar.

Apa sebabnya?

Sebelum saya jawab, izinkan saya bertanya terlebih dulu.

Sejak kapan dan sudah berapa tahun Anda belajar bahasa Inggris? Bukankah bahasa Inggris termasuk mata pelajaran yang di UN-kan? Berarti setidaknya kita sudah belajar bahasa Inggris sejak SMP (ada juga yang sedari SD) bukan?

Anda pasti juga tidak asing bahkan sering menikmati film-film atau lagu-lagu barat yang berbahasa Inggris.

Anak-anak yang suka main game online, pasti sering menemukan istilah-istilah bahasa Inggris dalam permainan tersebut.

Adapun beberapa sebab kecakapan bahasa Inggris orang Indonesia terbilang rendah walaupun sudah sekian lama belajar bahasa Inggris.

Pertama, pelajaran bahasa Inggris di sekolah yang kurang menyenangkan dan cenderung pasif

Mengandalkan pelajaran bahasa Inggris di sekolah yang cuma 2 jam per pertemuan, seminggu sekali pula, tentu tidak cukup.

Belum lagi kalau pelajaran yang disampaikan sekadar menghabiskan latihan soal di buku paket atau LKS. 

Bagi saya itu lebih tepat disebut "belajar menjawab soal-soal bahasa Inggris" bukan benar-benar belajar bahasa Inggris.

Cara mengajar guru yang membosankan, minim praktik dan guru yang galak membuat bahasa Inggris menjadi momok bagi para pelajar.

Kedua, lingkungan yang tidak mendukung

"Ini di Indonesia keles. Nggak usah sok-sokan pake bahasa Inggris deh"

Pernah mendapat komentar seperti ini saat Anda sedang mengatakan sesuatu dalam bahasa Inggris? Padahal niat Anda adalah untuk belajar bukan gaya-gayaan.

Sementara belajar bahasa Inggris atau bahasa asing apapun, mesti sering-sering dipakai dalam keseharian kita jika ingin mahir. Tentu akan sangat baik ketika kita punya sparing partner untuk melatih kemampuan bahasa Inggris kita.

Alih-alih mendukung dan membantu teman yang sedang belajar bahasa Inggris, seringkali kita malah melontarkan kalimat yang meruntuhkan semangat dan kepercayaan dirinya.

Sindiran seperti "keminggris", "RIP English", ditertawakan saat seseorang membuat kesalahan atau saat bicara dalam bahasa Inggris tapi ngomongnya medhok (biasa terjadi pada orang Jawa), bisa membuat seseorang malu dan akhirnya menyerah dalam belajar.

Ketiga, menganggap bahwa belajar bahasa Inggris akan melunturkan nasionalisme

"Kita kan udah punya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Ngapain harus belajar bahasa Inggris?"

Beberapa negara di dunia memang menggunakan bahasa negara penjajahnya sebagai bahasa nasional atau bahasa resmi kedua setelah bahasa nasional. 

Misalnya, di negara tetangga, Malaysia yang merupakan negara bekas jajahan Inggris. Walaupun ada bahasa Melayu, tapi orang Malaysia lebih fasih berbahasa Inggris.

Negara jajahan Inggris lainnya, yaitu India, punya bahasa lokal yang berbeda-beda di tiap daerah. Ada pula bahasa Hindi. Namun dalam urusan administrasif, bisnis dan sebagainya, mereka biasa menggunakan bahasa Inggris.

Di Filipina, walaupun ada bahasa Tagalog sebagai bahasa nasional, nyatanya bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan.

Biasanya dalih yang digunakan untuk menolak belajar bahasa Inggris adalah bunyi Sumpah Pemuda poin ketiga, "Menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia".

Oleh sebagian orang, belajar bahasa Inggris akan membuat seseorang lupa bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bagi mereka ini adalah ancaman bagi nasionalisme kita.

Keempat, menganggap bahwa belajar bahasa Inggris itu tidak penting

Menurut mereka, belajar bahasa Inggris itu hanya untuk orang-orang yang ingin kuliah di luar negeri, bekerja di perusahaan multinasional atau sektor-sektor tertentu yang butuh kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni, atau yang mau cari pacar bule.

Ada lagi yang mencari pembenaran seperti ini, "Jepang, Korea (menyebut negara-negara lain yang penduduknya banyak yang tidak fasih berbahasa Inggris) aja yang bahasa Inggrisnya jelek nyatanya bisa jadi negara maju". 

Hmm. Bagaimana menurut Anda?

Kelima, merasa bahasa Inggris itu sulit

Bahasa Inggris mengenal tenses dengan kata kerja yang dapat berubah bentuk tergantung waktunya. Apakah sedang berlangsung, terjadi satu jam yang lalu, seminggu kemudian atau setiap hari.

Beda dengan bahasa Indonesia yang tidak mengenal tenses.

Misalnya, kata kerja "makan". Anda mau makan sekarang, satu jam lalu atau dua puluh tahun lalu kata kerja yang dipakai tetap "makan" bukan?

Sementara bahasa Inggris mengenal verb-1, verb-2 dan verb-3 sehingga kata "eat"(verb-1) dapat berubah menjadi "ate" (verb-2) dan "eaten"(verb-3).

Mau yang makan itu saya, Anda atau Siti, kata kerjanya tetap "makan". Tidak berubah jadi "makans" seperti dalam bahasa Inggris yang harus ditambah -s atau -es jika subjeknya He, She atau It.

Aturan-aturan inilah yang membuat bahasa Inggris terlihat sulit. Padahal orang Indonesia itu terlatih untuk multilingual lho. Coba bandingkan dengan orang Amerika, misalnya, yang tahunya hanya bahasa Inggris.

Apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris?

Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Sudah banyak Kompasianer yang berbagi tip belajar bahasa Inggris di artikelnya.

Mulai dari cara menyenangkan dan efektif untuk menghafal kosakata bahasa Inggris, kiat memperoleh skor TOEFL di atas 550 dan sebagainya.

Dari artikel-artikel yang ditulis Kompasianer tersebut, kesimpulannya sama. Belajar bahasa Inggris atau bahasa asing apapun harus dibiasakan bahkan dipaksa jika ingin mahir.

Jika tidak sering dipakai, kita mudah lupa. Seperti pengalaman saya yang pernah belajar bahasa Perancis tapi sudah banyak yang lupa karena tidak pernah lagi dipakai.

Oleh karena itu, sampai sekarang saya masih melatih kemampuan bahasa Inggris saya dengan self-learning. Melalui lagu-lagu, film atau video berbahasa Inggris (tanpa subtitle) sambil belajar mengucapkan kalimat-kalimat yang didengar, menulis dalam bahasa Inggris di blog pribadi sekaligus berinteraksi dengan blogger-blogger luar negeri, berbicara sendiri (self-talk) atau orang lain dalam bahasa Inggris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun