Padahal apa gunanya meromantisisasi sesuatu jika hanya membuat kita buta pada realitas di lapangan?
Salahkah Jika Seseorang Sukses Karena Privilese?
Ketika membicarakan kisah sukses tokoh-tokoh ternama, kadang cerita itu diromantisisasi sedemikian rupa.
Bill Gates, misalnya.
Kita lupa bahwa pendiri Microsoft ini bukan dari keluarga biasa-biasa saja.
Ibu Bill Gates, Mary Gates, adalah salah satu direktur di perusahaan IBM. Ayahnya adalah seorang pengacara.
Awal perusahaan Microsoft baru berdiri, IBM memberi kesempatan untuk mengembangkan sistem operasi untuk komputer personal pertamanya. Dan itu tidak lepas dari bantuan sang ibu yang mendiskusikan perihal pendirian Microsoft kepada CEO IBM saat itu, John R Opel.
Kesuksesan seorang Putri Tanjung, CEO Creativepreneur dan Stafsus Kepresidenan, tentu tidak lepas dari privilesenya sebagai putri konglomerat, Chairul Tanjung.
Dan jangan lupakan bisnis kuliner Sang Pisang milik Kaesang Pangarep serta Markobar milik Gibran Rakabuming Raka. Di mana-mana yang namanya anak kepala negara pasti punya privilese lebih dibanding rakyat jelata.
Apakah mereka salah jika memanfaatkan privilese untuk mencapai kesuksesan?
Tidak.