Bagaimana dengan organisasi?Â
Waktu SMP dan SMA, saya tidak terlalu tertarik berorganisasi. Bukan apa-apa, hanya karena terlalu banyak diisi oleh "anak-anak hits"(anak-anak populer maksudnya), saya jadi malas bergabung haha.Â
Walaupun begitu, saya aktif di Remaja Masjid dan perkumpulan pemudi-pemuda komplek. Cukup lama saya berkiprah disitu hingga tergantikan oleh generasi di bawahnya.Â
Ya, regenerasi harus tetap berjalan.Â
Akibat doktrin senior dan kepolosan mahasiswa baru (maba) yang baru menginjakkan kaki di dunia kampus, membuat saya dan teman-teman maba yang lain terbujuk rayuan maut senior.Â
Akhirnya bergabunglah saya di BEM Fakultas Ekonomi di kampus saya.Â
Kalau ditanya motivasi, saya bingung mau jawab apa. Karena memang sebenarnya tidak punya motivasi yang benar-benar kuat.Â
Hanya karena terbius jargon "mahasiswa adalah agent of change" yang waktu itu terdengar heroik. Yang di kemudian hari saya sadari bahwa menjadi agent of change tidak semudah koar-koar senior saat ospek.Â
Karena merasa tidak cocok dengan organisasi yang bercorak politis (emang dasar saya yang tidak berbakat soal politik), saya memilih pamit.Â
Lalu bergabunglah saya di study club, organisasi kemhasiswaan yang lebih bersifat akademis (jangan dibayangkan orang-orang yang bergabung disini adalah orang-orang yang selalu serius dan kalau bicara pakai teori ndakik-ndakik). Disinilah saya mengabdikan diri sampai lulus dan menjadi salah satu orang penting dalam organisasi.Â
Kenapa Saya Mau Ikut Banyak Kegiatan?Â