Yang Aneh Dari Colorisme
Kalau lihat mbak-mbak model iklan produk kecantikan, mungkin kita akan berpikir bahwa seperti itulah standar kecantikan menurut orang Indonesia. Padahal masalah colorisme jauh lebih kompleks dibandingkan standar kecantikan semata.Â
Colorisme sering menyebabkan orang-orang berkulit gelap mendapat perlakuan diskriminatif di lingkungan sosial. Mereka rentan menjadi bahan olok-olok yang berakibat pada rendahnya rasa percaya diri dan berpotensi mengganggu kesehatan mental mereka.Â
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat terhadap warga keturunan Afrika-Amerika dan Mexico-Amerika menunjukkan bahwa wanita berkulit terang memiliki self esteem yang lebih tinggi dibandingkan wanita berkulit gelap.Â
Hal ini banyak mempengaruhi kesuksesan dan kesejahteraan hidup mereka, misalnya kemudahan untuk mendapatkan pasangan, tinggal di lingkungan yang lebih baik, memiliki kesempatan bersekolah lebih besar, menghasilkan uang lebih banyak dan memiliki kesehatan mental yang lebih baik.Â
Oleh karena itu, beberapa selebriti dunia mulai banyak yang mengadopsi black aesthetic, misalnya dengan menggunakan foundation yang shade nya 2-3 kali lebih gelap dari warna kulit aslinya.
Bagi laki-laki kulit putih, tan look dianggap lebih maskulin. Sementara bagi wanita kulit putih, tan look akan dianggap bahwa wanita tersebut sering travelling. Hal ini menunjukkan bahwa white supremacy itu nyata.Â
Orang-orang kulit putih mau tampil dengan warna kulit segelap apapun, orang-orang akan tetap menganggap mereka menarik, keren dan eksotis.Â
Sedangkan orang-orang kulit berwarna (people of color) yang memang warna kulit aslinya sudah eksotis tanpa pakai tanning sprayer, akan tetap didiskriminasi, dibully dan dianggap lebih rendah derajatnya.Â
Semua Warna Kulit Itu Cantik