Gambaran ini bukanlah khayalan tidak berdasar. Menurut Giulio Douhet, lewat pemboman besar - besaran dari udara suatu negara bisa ditaklukan. Douhet adalah seorang jenderal Italia yang memandang tinggi kekuatan udara. Meski belum ada yang membuktikan teorinya, bukan tidak mungkin memang berhasil.
    Namun Kurt Student, salah satu jenderal Jerman, kurang cocok dengan taktik semacam itu. Pemboman udara terus - menerus ke London terlalu memboroskan tenaga dan waktu. Lebih efektif melakukan satu kali pemboman saja dan dilanjutkan dengan penerjunan pasukan payung.
    Student menilai rencana berikut adalah yang paling ideal.
    Kerahkan wing pesawat pemburu ke London untuk menyapu pesawat pemburu Inggris. Susul dengan wing pesawat pembom untuk menghancurkan pertahanan London serta mengacaukan penduduknya. Terakhir, kerahkan wing pesawat pengangkut untuk membawa dan menerjunkan pasukan payung. Selanjutnya tinggal menunggu pasukan elit tersebut melumpuhkan berbagai instansi penting dan menawan para petinggi Inggris. Pasukan infantri akan menyusul mendarat dengan pesawat peluncur.
    Itu baru strategi jitu.
    Sayang, pasukan payung Jerman belum cukup kuat untuk melakukan invasi. Paling tidak dibutuhkan 20.000 personel untuk menguasai London. Jerman belum mampu menyediakan prajurit payung sebanyak itu. Paling banter hanya ada 5000 sampai 7000 personel. Sulit mendapatkan tambahan personel dalam waktu singkat. Mendidik seorang pemuda menjadi prajurit elit bukan pekerjaan satu - dua hari.Â
    Mau tak mau Jerman harus berperang memakai strategi Douhet.
    Mujur bagi Hitler, orang Inggris tak tahu pasukan payung Jerman dalam keadaan lemah. Tidak sedikit penduduk Inggris yang mencemaskan kedatangan pasukan elit tersebut. Ini bisa menjadi gertak sambal yang hebat bagi mereka. Paling tidak moril mereka akan terpengaruh.
***
    Memasuki pemboman hari ketujuh, kondisi London makin parah.
    Sepertinya Hitler akan segera menuai keberhasilan teori Douhet. Perekonomian London mengalami kemunduran pesat. Sudah banyak pusat industri yang hancur. Pengangguran merajalela. Jalur - jalur transportasi banyak yang lumpuh. Mobil - mobil kini menjadi barang rongsokan karena kelangkaan bahan bakar. Jalan raya dan gedung pemerintah hancur.