Stella tidak paham sama - sekali. Sekali lagi MI5 disebut - sebut. Apa yang sebenarnya terjadi?Â
    "Tuan bicara apa? Aku bukan anggota MI5." Stella menjawab dengan suara serak. "Namaku Stella Watson, bekerja di Daily Herald."
    Buak! Sebuah pukulan Eduard mendarat di tubuh Stella. Membuat detak jantung gadis itu terguncang. Rasanya sungguh sakit. Namun Stella menguatkan diri untuk tidak menangis.
    "Selalu saja seperti ini ...," Eduard mendesis jengkel, "berlagak pilon dan berbelit - belit. Kenapa interogasi selalu menyusahkan. Lebih baik kau mengaku saja, nona Watson ... atau siapapun namamu."
    Sebelumnya Arabel telah menggeledah Stella. Beberapa barang yang ditemukan memang menunjukkan bahwa Stella bekerja untuk Daily Herald. Namun Arabel dan Eduard tetap tak percaya. Sikap paranoid mereka tak bisa dibendung. Keduanya yakin Stella sedang menyamar.Â
    Kini Eduard menggulung lengan kemejanya, memperlihatkan tangannya yang kekar dan berbulu. Pria berwajah seram itu lalu mendekati Stella dan berbisik.
    "Asal kau tahu, aku anggota Gestapo. Aku tak pernah mengecewakan dalam 'melayani' tawanan bandel sepertimu." Eduard lalu berdiri tegak. "Kutanya sekali lagi. Siapa yang mengirim dirimu?"
    Stella menggeleng, "aku hanya ingin tahu dan kebetulan lewat. Aku tidak ... "
    Buak! Tinju Eduard kembali melesat. Kali ini mendarat di perut Stella. Gadis kelahiran Manchester itu jatuh terguling. Kursinya ambruk dan tubuhnya membentur lantai.
    Stella muntah tak tertahan lagi. Bau sisa obat bius masih terasa kental dalam napasnya. Perutnya nyeri bukan main. Namun sekali lagi ia berhasil menguatkan diri untuk tidak menangis.
    "Eduard! Apa yang kau lakukan? Dia bisa mati kau pukuli!," mendadak Arabel masuk ke dalam kamar.