Anggota Polisi Rahasia Jerman itu mendekati Stella. Ia menggulung lengan kemejanya. Memperlihatkan tangan kekarnya yang siap memukul.
-------------------------Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â --------------------------
    Stella menatap sebuah mobil Peugeot yang terparkir.
    Tampak dua orang lelaki duduk bersantai di jok depan. Keduanya memakai topi Fedora serta jubah hitam. Mereka kelihatan aneh.
    Lelaki di belakang setir tampak asik merokok di dekat jendela. Sementara lelaki di sampingnya sedang membolak - balik halaman koran. Stella merasa curiga dengan keduanya. Meski mereka tampak tengah bersantai, namun entah kenapa rasanya janggal. Seolah kedua orang itu sedang menunggu sesuatu. Lebih - lebih Stella seperti pernah melihat mereka.
    Jangan - jangan dua pria itu adalah perampok yang menguntit korbannya.
    Stella lalu berputar ke belakang mobil Peugeot. Ia pun mengendap - endap. Bersembunyi sambil terus mengamati.
    Tak lama, sebuah mobil Lagonda Rapide datang dan berhenti dekat Peugeot. Penumpangnya, yaitu seorang pria berbadan tinggi- kurus, segera turun. Stella terkejut. Pria itu Lord Cavanaugh. Stella masih ingat wajah dan perawakannya.
    Pria di belakang setir Peugeot segera keluar, mematikan rokok, lalu membukakan pintu mobil untuk Cavanaugh. Sementara pria pembaca koran dalam Peugeot masih tenang - tenang saja. Ia berlagak seolah tak ada hal penting yang terjadi.
    Cavanaugh lalu masuk ke dalam Peugeot. Terjadi perbincangan serius di dalam mobil tersebut.
    "Keputusan yang tepat, tuan Cavanaugh." Pria yang tadi membaca koran, mengangguk, "London sudah hancur. Lebih baik bekerjasama dengan Jerman. Baiklah, mari kita bicara bisnis."