Mohon tunggu...
LumbaLumba
LumbaLumba Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Mencoba berbagi kisah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gadis Tercantik di London (Perang Eropa)-29

23 April 2014   13:49 Diperbarui: 20 April 2016   00:37 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Dalam kegentingan memuncak, para polisi menyebar untuk mengepung Arabel. Saat - saat tersebut begitu rawan karena Arabel dapat menembak setiap saat. Namun gadis itu tak melakukannya. Ia tetap bersedekap, seperti menunggu saja.

        Arabel telah menanggalkan jubah hitamnya, tinggal mengenakan kemeja biru tua lengan panjang serta celana panjang berwarna gelap. Benar - benar dandanan maskulin. Noda darah akibat luka tembak membasahi pinggiran perutnya. Gadis itu terlihat kepayahan namun tetap tenang.

        "Jangan bergerak, nona!" Perintah detektif Morgan saat anak buahnya sudah mengepung.

        Meski dalam suasana tegang para polisi tetap terhanyut kecantikannya. Pakaian maskulin tak mengurangi, justru menambah daya tarik Arabel. Samar detektif Morgan dapat mencium bau parfum gadis itu dari kejauhan. Sebuah parfum wanita mahal dari Italia. Morgan tak akan lupa sebab istrinya pernah merengek minta dibelikan barang tersebut. Diam - diam Morgan merasa janggal. Gadis di depannya menyamar sebagai pria namun memakai parfum wanita. Sungguh ceroboh.

        "Sudah, aku menyerah ...," Arabel mengangkat sebelah tangannya, menyuruh para polisi kalem, lalu pelan - pelan kedua tangannya ke belakang, mengambil dua pistol dari balik pinggang.

        Detektif Morgan berdebar - debar. Para polisi meneteskan keringat dingin. Tegang.

        "Aku pernah memerankan Rapunzel, Imogen, ataupun Cleopatra, dan itu tidak sulit ...," Arabel meletakkan kedua pistol ke lantai lalu mendorongnya ke arah polisi, "tapi aku gagal memerankan diriku sendiri sebagai agen Abwehr."

        "Kenapa menyerah? Apa yang sebetulnya kaurencanakan?" Detektif Morgan bertanya.

        Arabel menggeleng, "tidak ada. Hanya saja jika aku berperan lebih lama, entah berapa orang lagi yang harus kucelakai. Ini peran yang sulit. Detektif, aku minta tolong ... bantulah aku 'turun dari panggung' sekarang juga ...." Arabel menundukkan wajahnya. Pasrah untuk ditangkap.

        "Tapi kenapa?" Morgan tak habis pikir, "jika kau tak tega mencelakai orang, kenapa bergabung dengan Abwehr?"

        Arabel menampakkan senyum berduka. "Detektif ... namaku adalah Arabel. Anda tahu artinya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun