Â
Perkembangan psikologi anak remaja usia SMP ini meliputi beberapa hal, antara lain:
- Perubahan Fisik
- Pada usia SMP anak-anak mulai mengalami perkembangan fisik yang cukup jelas, di antaranya adalah terjadinya kondisi yang tidak proporsional antara tinggi dan berat badan. Selain itu, ciri-ciri sekunder dari seksualnya pun mulai terlihat. Sebagai orang tua perlu mendampingi kondisi ini, menjelaskan, memberi pemahaman, mengarahkan dan memberi informasi pengetahuan yang dibutuhkan anak terkait dengan perubahan fisik yang terjadi. Demikian juga di lingkungan sekolah, seorang guru juga harus peka dengan kondisi perkembangan ini. Jika memungkinkan perlu memberi arahan dan pengetahuan kepada siswa agar menjadi sesuatu yang tidak tabu.
- Kecenderungan Psikologi
- Pada usia SMP ini, anak-anak akan mengalami masa ambivalensi, yakni kondisi di mana seseorang dalam keinginan antara bergaul atau menyendiri. Pada kondisi ini akan terlihat bagaimana kecenderungan seorang anak mulai mengisolasi diri atau bahkan bergaul dengan lebih terbuka dengan teman-temannya. Tak hanya itu, kecenderungan untuk terlepas dari dominasi dan peran orang tuanya pun mulai terlihat. Anak mulai terlihat ingin bebas dari bantuan orang tua, peran atau hal-hal lain yang melibatkan orang tua mereka. Pada kondisi ini orang tua harus mengambil jarak yang tepat. Bagaimana jarak yang proporsional bisa diciptakan sambil memastikan fitrah dasar dalam diri anak bisa tumbuh dengan baik sehingga menjadi benteng perkembangan diri yang lebih efektif.
- Kecenderungan Membandingkan Norma
- Anak usia SMP akan mengalami kecenderungan di mana mereka akan membandingkan antara norma dan etika secara konsep dengan kondisi praktik kenyataan yang dilakukan oleh orang dewasa. Hal ini akan sangat terlihat bagaimana anak mulai menyaksikan dan memberi penilaian terhadap apa yang ada di sekitarnya. Misalnya kepada orang tua, ketika ada hal yang dirasa tidak sejalan dengan konsep dan aturan pemikiran mereka, jangan heran jika akan banyak komplain terhadap hal-hal yang tidak sesuai.
- Kecenderungan Kondisi Spiritual
- Tidak semua anak tumbuh dengan bekal fitrah spiritual yang baik dan siap. Pada kondisi anak dengan fitrah yang masih labil soal keimanan, biasanya anak akan mempertanyakan tentang eksistensi Tuhan dalam kehidupan mereka. Sikap mempertanyakan kemurahan Tuhan, kasih sayang Tuhan terhadap mereka, bahkan keadilan sering menjadi pertanyaan dalam diri anak usia ini. Rasa mencari dan ingin tahu yang lebih dalam sehingga membutuhkan arahan dan bimbingan yang tepat. Peran orang tua dan guru sangat menentukan. Sebenarnya jika penanaman fitrah spiritualitas sudah dilakukan sejak usia pra sekolah, pada usia SMP ini justru anak akan semakin matang dengan keyakinan spiritualitas tersebut, tetapi jika belum inilah saat di mana peran orang tua dan guru penting terlibat.
- Kecenderungan Karir dan Minat
- Anak usia SMP yang sudah dibentuk sejak dini untuk menentukan kecenderungan terhadap minat dan karir yang akan mereka jalani biasanya akan lebih mudah didorong dan dimotivasi pada usia ini. Namun, tentunya tidak semua remaja memiliki kesempatan mendapatkan bekal tersebut di usia anak. Oleh karena itu, masih banyak juga remaja usia SMP yang belum mengenali kecenderungan dan minatnya. Masih mencoba berbagai hal. Fakta yang terjadi di kehidupan sosial saat ini kebanyakan usia SMP masih jauh dari kematangan dan pengenalan dirinya terhadap minat dan karir. Bahkan hal tersebut berlanjut terus hingga usia menjelang kuliah. Belum ada kematangan sikap, minat hingga bakat yang sudah dikenali. Akhirnya kesuksesan yang diraih pun terlambat, atau bahkan tidak tercapai karena masih bingung menentukan arah hingga masa kuliah.
- Hasil dan Pembahasan
Â
Usia remaja merupakan fase perkembangan yang sangat penting, dimulai dengan kematangan fisik hingga emosi. Perkembangan psikologi anak mengikuti usianya. Perubahan yang terjadi secara progresif dan berkelanjutan terkait psikis dan fisik pada diri seseorang didefinisikan sebagai perkembangan psikologi. Hal ini juga terjadi secara signifikan pada anak usia SMP. Kematangan emosi yang dimiliki seseorang akan dipengaruhi oleh kesehatan mental. Berbagai riset mengenai kesehatan mental menunjukkan maraknya remaja yang mengalami distress emosional hingga masalah perilaku. Beberapa survey nasional dan khusus, serta publikasi diperoleh mengenai situasi kesehatan dan perilaku berisiko remaja Indonesia dalam dekade ini.
Ada beberapa karakteristik pada diri remaja usia SMP yang perlu disikapi dengan bijak agar tidak menimbulkan masalah, antara lain:
- Emosi yang tidak stabil menyebabkan sering bermasalah dengan orang tua, keluarga atau teman.
- Merasa canggung dalam pergaulan.
- Dalam hal gerakan aktivitas kadang merasa kaku.
- Kadang merasa kekosongan dalam hidup yang disebabkan perubahan pandangan dan pikiran.
- Jiwa pribadi sering mengalami pertentangan secara internal, hal inilah kemudian yang terbawa dalam interaksi dengan orang lain termasuk orang tua.
- Seringkali bersikap menantang dan menentang orang tua
- Adanya hal-hal yang tidak bisa dipenuhi atau diraih dapat menyebabkan rasa gelisah dan sejenisnya.
- Suka melakukan eksperimen dan eksplorasi.
- Memiliki kecenderungan untuk berkhayal, melakukan fantasi dan lebih banyak berbicara.
- Memiliki kecenderungan untuk membentuk kelompok dalam pergaulan.
Perkembangan pada masa remaja memiliki peran penting bagi masa berikutnya. Seiring berjalannya waktu, marak ditemukan perilaku bermasalah (conduct problem) yang dilakukan oleh remaja khususnya siswa SMP. Untuk itu, bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam perkembangan siswa SMP tersebut?
Berikut penjelasan dalam suatu riset (Novita, 2017).
Â
- Permasalahan yang sering dihadapi siswa
Berdasarkan hasil analisis data dan kategorisasi, permasalahan yang sering dialami oleh siswa SMP beragam. Permasalahan yang muncul dapat berupa permasalahan eksternal maupun permasalahan internal. Permasalahan eksternal yang sering muncul adalah masalah pertemanan. Siswa SMP sering mengalami masalah pertemanan karena pada saat usia 12-15 tahun individu berada pada tahap usia remaja. Pada usia remaja awal atau early adolescent ditandai oleh terjadinya perubahanperubahan psikologis seperti jiwa yang labil (Batubara, 2010). Selain itu, masa remaja penuh dengan masa transisi yang harus dilaluinya sehingga tercapai identitas diri yang mantap. Transisi dalam emosi yang terjadi pada seorang remaja tampak dengan adanya peningkatan emosi. Remaja sering menunjukkan emosi yang berlebihan (Soetjiningsih, 2007). Disisi lain, ada pula masalah internal maupun eksternal dan masih banyak lainnya.
- Pihak-pihak yang menyebabkan dalam munculnya masalah
Sebagian besar siswa mengatakan bahwa sering mengalami masalah ketika berada di sekolah, oleh karena itu pihak-pihak yang terlibat dalam munculnya masalah adalah teman. Hal tersebut sesuai dengan teori Papalia (2009) yang menjelaskan bahwa usaha remaja untuk menyesuaikan perubahan tubuh mereka dan tuntutan kedewasaan yang segera muncul disertai dengan periode badai dan stress yang menghasilkan konflik antar generasi. Banyak remaja yang lebih dekat dengan kelompok dan teman sebayanya sehingga ketika remaja tidak mampu menempatkan dirinya dapat memunculkan masalah.
- Pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan masalah
Permasalahan yang di alami oleh remaja beragam baik secara internal maupun eksternal. Dalam menyelesaikan masalahnya, sebagian besar remaja akan meminta bantuan kepada orang lain. Beberapa siswa cenderung menyelesaikan masalahnya melalui bantuan teman. Santrock (2004) dalam bukunya menjelaskan bahwa pada usia remaja terjadi perubahan emosional dari kanak-kanak yang masih ingin dengan orang tua menuju dewasa yang ingin melepaskan diri dari orang tua atau mandiri.
- Cara mengatasi masalah pada siswa yang terindikasi conduct problem