Mohon tunggu...
Luluk Muna
Luluk Muna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Syukuran dan Sedekah Bumi

20 Juli 2024   09:27 Diperbarui: 20 Juli 2024   09:29 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Tradisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Di Indonesia, tradisi memiliki peran penting dalam membentuk identitas budaya serta menjaga keharmonisan sosial. Dua tradisi yang masih ada dan berkembang hingga saat ini adalah syukuran dan sedekah bumi. Kedua tradisi ini, meskipun memiliki beberapa kesamaan, pada dasarnya memiliki perbedaan mendasar dalam bentuk, tujuan, dan pelaksanaannya. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana ungkapan rasa syukur, tetapi juga sebagai cara untuk memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antar anggota komunitas (Pusat Data dan Analisi Tempo, 2019).

Syukuran merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada tuhan atas segala nikmat dan rahmat yang telah diberikan. Adapun bentuk syukuran bermacam-macam mulai, syukuran kelahiran anak, syukuran 17 Agustus, kenduri, dan lain-lain. Pelaksanaan syukuran biasanya mengundang kerabat, tetangga, dan warga sekitar. Untuk melakukan rangkaian acara dengan duduk melingkar, dengan sila, membaca ayat-ayat Al-qur'an dan tahlil yang dipimpin oleh pemuka agama. Tidak ketinggalan ada jamuan dari tuan rumah dan ketika pulang membawa bingkisan(berkat). Tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan masyarakat, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong ditengah masyarakat.

Tradisi sedekah bumi diadakan tiap tahun sekali ini melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan yang maha esa yang telah memberikan rezeki-Nya melalui tanah/bumi dan segala bentuk hasil bumi yang sangat melimpah serta permohonan agar tanah tetap subur, tolak bala, dan panen selanjutnya diberikan kelancaran (Maryatul et al., 2020). Tradisi ini melibatkan berbagai ritual. Salah satunya yaitu, ziarah ke makam pendiri desa, pembacaan do'a dan tahlil di punden, membawa makanan dan makan bersama di punden, dan lain- lain. Ketika sedekah bumi masyarakat dan desa tertentu mempunyai adat tersendiri pada malam acara sedekah bumi. Biasanya ada wayang, sinden, ketoprak dan lain-lain. Sedekah bumi tidak hanya mencerminkan rasa syukur kepada Tuhan, tetapi juga berfungsi sebagai bentuk resiliensi komunitas dalam menghadapi berbagai tantangan, seperti bencana alam dan wabah penyakit. Tradisi ini membantu masyarakat untuk tetap bersatu dan saling mendukung dalam situasi sulit (Tajuddin, 2015).

Karya ilmiah ini tidak hanya sebatas membahas perbedaan dari syukuran dan sedekah bumi melainkan bagaimana NU menilai tradisi syukuran dan sedekah bumi yang sampai saat ini masih berkembang di daerah khususnya pulau jawa. Sehingga, kita sebagai penerus bangsa bisa mengembangkan dan melestarikan tradisi tersebut untuk bisa dikenal lebih dalam ke berbagai negara jika tradisi tersebut khas tradisi orang Jawa. Harapanya dengan membaca karya ini bisa dapat menambah pelajaran dan memberikan wawasan luas bagi para pembaca. Selebihnya, jika ada kekurangan dari karya ilmiah ini untuk mengambil referensi dari buku dan journal yang lain.

PEMBAHASAN

A.Syukuran

Syukuran berasal dari bahasa arab dari kata syukur yang berarti menunjukkan kebaikan dan penyebarannya. Sedangkan secara istilah syukuran adalah memberi pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah diberikan kepada kita berupa perbuatan makruf (Rachmad Ramadhana, 2014).

Selain makna syukur menurut bahasa dan istilah, ternyata syukur memiliki makna yang mendalam. Makna syukur adalah menerima secara ikhlas yang diberikan oleh Allah, kemudian menggunakan dan mengelola nikmat yang ada secara baik (Adiba, 2015). Sedangkan menurut Imam Al Ghazali, syukur adalah menyadari bahwa tidak ada yang memberi kenikmatan kecuali Allah.

Hanya dengan membaca bacaan Alhamdulillah (sega puji bagi allah) saja, itu merupakan salah satu cara mensyukuri nikmat. Namun, menurut Imam Al Ghazali pengungkapan syukur yang sebenarnya adalah dengan hati, lisan dan anggota tubuh lainnya. Sesuai firman Allah dalam Al-Qur'an surat An-nahl ayat 53 :

( )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun