"Eh, Ra."
"Hemm,"
"Kau yakin yang kemarin menjemputmu pulang dari kafe itu lelakimu sungguhan?"
"Maksudmu?" reflek aku memburu tanya, bagaimana mahluk itu dapat mengendus bau-bau konspirasi antara aku dan Allan tempo hari. Untuk mengelabui dirinya bahwa aku mungkin saja sudah move on darinya dan pengungkapan itu tak berarti apa-apa untuk kehidupan antara aku dan dia ke depannya.
"Aku sempat liat dia jalan dengan perempuan, terlihat mesra. Kupikir bukan jika itu adik atau saudaranya. Sebenarnya aku mengejarnya, untuk memastikan siapa perempuan itu, nihil. Aku tak akan tinggal diam jika lelaki itu berbuat yang buruk dan menyakitimu, Ra." Lelaki itu sedikit menekankan kalimatnya di ujung, menundukkan badannya hingga suaranya terdengar mulus di telingaku.
Aku tersenyum, membatin dalam hati. Perempuan itu memang yang sungguhan kekasih Allan, bukan aku. Tapi lelaki itu tak boleh tau akan sandiwara itu. Apa perlunya? Ah ya soal siapa yang berbuat buruk padaku dan menyakitiku bukankah dialah orangnya.
"Allan lelaki yang baik, kau harus percaya itu, Heh." sinis kucoba meliriknya.
Sekilas aku memandang lelaki itu, tidak, kutarik kembali ucapanku. Ia tak pernah berlaku buruk, ia tak pernah menyakitiku, aku merasa sakit karena perasaanku sendiri. Ia berlaku demikian karena ia tak tau jika aku akan tersakiti karenanya, ia tak tau. Jika ia tau ia tak akan melakukan hal itu padaku. Ah, cerita-cerita itu, bagaimana bisa kemarin-kemarin aku mendengarkannya dengan hati yang sungguh lapang dan ikhlas untuk kemudian aku merasa gagal dan sakit seorang diri pada akhirnya.
"Aku akan mengawasi lelaki itu, bagaimanapun juga kau juga istimewa dalam hidupku, Ra. Aku tak ingin kau kenapa-kenapa."
Ah, istimewa, apa yang kau maksud dengan istimewa itu. Apa definisi istimewa dalam kamus kita berbeda. Kau merujuk kamus mana untuk pemaknaan itu. Lantas jika aku kau sebut istimewa bagaimana dengan perempuan yang meluluhkan hatimu itu, perempuan yang akan kau nikahi dalam hitungan bulan. Tak mungkin ada dua perempuan istimewa yang kau punya, atau kau mungkin punya perempuan-perempuan lain yang istimewa dalam hidupmu, misal ibumu atau saudara perempuanmu.
"Baiklah, baiklah, lakukan sesuka kau saja, heh." Aku menyerah, untuk kemudian menatap keluar jendela yang tiba-tiba gerimis.