Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap individu memiliki nilai-nilai kebajikan yang diyakininya. Nilai-nilai tersebut memiliki prioritas yang berbeda-beda dalam setiap diri individu. Nilai-nilai kebajikan ini menjadi landasan yang mempengaruhi pandangan dan sikap seseorang terhadap lingkungannya. Nilai-nilai ini juga dapat membentuk persepsi terhadap hal-hal yang terjadi. Nilai-nilai yang tertanam inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan.
Misalnya, jika seorang guru memiliki nilai kepatuhan dalam dirinya yang lebih mementingkan ketaatan pada peraturan dan hukum maka keputusan yang akan diambil akan cenderung memilih untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan daripada mengedepankan rasa empati atau kasihan. Berbeda jika seorang guru lebih memprioritaskan nilai empati dalam kehidupannya, keputusan yang dibuat akan cenderung lebih mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain meskipun ada pertentangan dari aturan-aturan yang berlaku.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita dapat memengaruhi prinsip-prinsip yang kita gunakan dalam pengambilan keputusan. Sehingga penting bagi seseorang guru untuk memahami nilai-nilai kebajikan yang dominan dalam dirinya dan juga memasukkan nilai-nilai kebajikan yang harus ada dalam diri seorang guru, sehingga kita dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan konsisten dengan nilai-nilai yang kita yakini.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa yang penuh dengan tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Oleh karena itu diperlukan sebuah refleksi untuk mengetahui dampak dari keputusan yang telah dibuat, mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari keputusan tersebut dan menyusun langkah-langkah pengambilan keputusan berikutnya agar lebih efektif dan membawa kebaikan yang lebih luas.
Coaching dapat membantu pelaksanaan refleksi tersebut agar dapat menggali ide-ide dari diri coachee sendiri, menumbuhkan kesadaran terhadap dampak dari keputusan yang telah dibuat dan menumbuhkan motivasi agar memperbaiki keputusan-keputusan yang akan diambil berikutnya karena coaching merupakan proses yang fokus pada pemecahan masalah dengan memaksimalkan potensi dan kesadaran diri pada diri coachee sehingga dapat menguatkan komitmen untuk terus melakukan perbaikan dan peningkatan kompetensi pada diri coachee dalam melakukan pengambilan keputusan terhadap dilema etika yang dihadapinya.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Seorang guru harus memiliki kompetensi sosial emosional yang baik. Kompetensi sosial emosional tersebut meliputi, kesadaran diri (self awareness), manajemen diri (self management), kesadaran Sosial (Social Awareness), keterampilan berelasi (relation skills), dan Pengambilan keputusan bertanggung jawab. Kondisi sosial emosional guru yang baik dan stabil akan mempengaruhi proses pengambilan suatu keputusan khususnya dilema etika.
Sebelum mengambil sebuah keputusan, penting bagi seorang guru untuk mengenali dan menguasi emosi yang dirasakannya pada saat itu agar pengambilan keputusan yang dihasilkan tetap objektif dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang dianutnya. Dalam setiap persoalan dilema etika tentu ada kepentingan orang banyak didalamnya, sehingga seorang guru perlu memiliki keterampilan dalam berelasi agar mampu memahami suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan berempati terhadap orang lain. Dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakininya, memikirkan dampak jangka pendek dan panjangnya dan mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi, seorang guru diharapkan dapat menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab terutama dalam masalah dilema etika. Dengan menguasai komptensi sosial emosional tersebut diharapkan seorang guru akan mampu menghasilkan sebuah keputusan yang bijaksana dan berpihak kepada murid.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?