Mohon tunggu...
Luluk Isnawati
Luluk Isnawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai tantangan dan hal-hal baru yang dapat meningkatkan kompetensi diri dan memperbaiki karakter

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Literasi Sosial Budaya dalam Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia

27 Maret 2023   13:50 Diperbarui: 27 Maret 2023   14:10 5906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) adalah bentuk evaluasi yang digunakan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) untuk mengukur empat kompetensi peserta didik di madrasah. Keempat kompetensi tersebut adalah Literasi Membaca, Literasi Numerasi, Literasi Sains, dan Literasi Sosial Budaya. Seluruh peserta didik pada kelas V MI, kelas VIII MTs, dan kelas XI MA akan mengikuti AKMI apabila pada tahun mendatang asesmen ini diberlakukan secara serentak di semua madrasah di Indonesia.

Pada Kemendikbudristek kita mengenal Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) atau dikenal dengan Asesemen Komptenesi Minimum (AKM) yang digunakan untuk mengukur kompetensi Literasi dan Numerasi. Kompetensi Literasi dalam AKM merupakan kompetensi Literasi Membaca dalam AKMI. Sedangkan Numerasi dalam AKM merupakan Literasi Numerasi dalam AKMI. Dua literasi yang terdapat dalam AKMI namun tidak terdapat dalam AKM adalah Literasi Sains dan Literasi Sosial Budaya.

Literasi Sosial Budaya dalam AKMI

Selain Literasi Sains, Literasi Sosial Budaya adalah literasi baru di MI, MTs, maupun MA. Menurut pakar Literasi Sosial Budaya, Prof. Dr. Zulfahmi Alwi, dalam pembekalan kepada Penulis Instrumen AKMI Literasi Sosial Budaya secara daring pada 7 Maret 2022 lalu, Literasi Sosial Budaya merupakan kemampuan mengetahui, merespon, merefleksi, mengevaluasi, dan mencipta pengetahuan, rencana sikap, dan rencana tindakan yang terkait dengan komitmen kebangsaan, toleransi, akomodatif dan inklusif, yang didesain berlandaskan pada disiplin ilmu sejarah, sosiologi, antropologi, dan isu-isu strategis yang relevan, serta dikaitkan dengan konteks personal, masyarakat, religius sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.    

Literasi Sosial Budaya sama urgennya dengan literasi lainnya. Keberagaman geografis, penduduk, status sosial, keyakinan, golongan, dan budaya di Indonesia menjadi alasan rasional perlunya Literasi Sosial Budaya sebagai salah satu capaian kompetensi peserta didik dalam hal pengetahuan, cara pandang, sikap, dan tindakan beragamanya dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara damai, harmonis, dan menghindari kekerasan.

Berikut beberapa topik Literasi Sosial Budaya dalam AKMI berdasarkan pemaparan Prof. Dr. Zulfahmi Alwi, pakar Literasi Sosial Budaya AKMI dan Guru Besar Ilmu Hadis pada Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar:

1. Rasionalisasi

Literasi Sosial Budaya menjadi penting karena Indonesia yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke ini memiliki letak geografis daratan dan perairan yang unik. Unik karena wilayahnya selain diapit oleh daratan Benua Asia dan Australia, juga berada diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. 

Daratannya terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Perairannya terdiri dari laut, sungai, dan danau. Belum lagi gugusan pulau yang jumlahnya puluhan ribu. Perbedaan letak geografis ini sangat mempengaruhi kondisi sosial dan budaya penduduk setempat, tidak terkecuali ras, agama, suku, dan bahasanya. 

Kenyataan ini membuat Indonesia rawan mengalami konflik yang dapat mengakibatkan permusuhan dan perpecahan di antara warga negara apabila tidak ada upaya bersama untuk menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai, harmonis, dan menghindari kekerasan.

2. Landasan Keilmuan

Literasi Sosial Budaya melandaskan keilmuannya pada Ilmu Sejarah, Sosiologi, Antropologi, dan isu-isu strategis yang relevan. Isu-isu strategis yang relevan yang dimaksud adalah suatu kondisi atau hal yang diperhatikan atau dikedepankan karena dampaknya yang signifikan bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Isu-isu tersebut harus bersifat aktual (dalam arti tidak kadaluwarsa dalam masa 2 tahun terakhir) dan sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, misalnya bencana alam, penemuan teknologi terkini, moderasi beragama, dan lain-lain yang aktual dan relevan.  

3. Domain dan Subdomain

Tiga domain yang menjadi pembahasan Literasi Sosial Budaya adalah:

(1) Komitmen Kebangsaan, sebagai wujud kesadaran untuk menerima, mengapresiasi, dan berpartisipasi aktif sebagai bagian dari bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdiri di atas empat pilar (Pancasila, UUD 1945, bentuk NKRI, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika) sebagai landasan membangun sikap dan perilaku berbangsa dan bernegara.

Subdomain dari komitmen kebangsaan adalah: (a) Menghargai dan menjiwai identitas nasional, (b) Menghargai dan menindaklanjuti perjuangan para pahlawan, (c) Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan, dan (d) Berpartisipasi aktif dalam mewujudkan integrasi nasional.

(2) Toleransi, merupakan wujud sikap saling menghormati perbedaan dan memberi ruang orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinan dan pendapatnya, menghargai kesetaraan, sedia bekerjasama, serta menolak tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, dalam mengusung perubahan yang diinginkan. 

Toleransi memiliki 5 subdomain, yaitu: (a) Menghargai dan mengapresiasi perbedaan agama, ras, suku, budaya, dan golongan, (b) Terbuka dan mengapresiasi kesetaraan gender, (c) Mengusung ide-ide perubahan dengan spirit perdamaian dan anti kekerasan, (d) Tidak mengembangkan sikap rasis dan diskriminatif terhadap perbedaan agama, ras, suku, budaya, dan antar golongan, dan (e) Mengusung spirit perubahan dengan baik dan tidak menghalalkan segala cara.

(3) Akomodatif dan Inklusif, yaitu wujud sikap menerima, mempertahankan, mengaktualisasikan tradisi, budaya lokal, dan ide-ide baru dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama. 

Subdomain dari Akomodatif dan Inklusif yaitu: (a) Komitmen untuk mempertahankan kearifan lokal (local wisdom), (b) Komitmen untuk menyempurnakan diri dengan mengadopsi ide-ide baru yang positif, dan (c) Terbuka dan apresiatif terhadap amaliyah keagamaan yang berbeda.

4. Konteks dan Level Kognitif

Literasi Sosial Budaya dalam AKMI memiliki tiga konteks (personal, masyarakat, dan religius) dengan tiga level kognitif (level 1, 2, dan 3). Konteks personal menyangkut aspek kehidupan atau situasi sosial budaya yang lebih dominan berkaitan dengan kepentingan pribadi. Konteks masyarakat meliputi aspek kehidupan atau situasi sosial budaya yang lebih dominan berkaitan dengan kepentingan antar individu, budaya, dan isu-isu kemasyarakatan. Sedangkan konteks religius menyangkut aspek yang lebih dominan berkaitan dengan kehidupan beragama, baik dalam ranah kepentingan individual maupun masyarakat.

Pada level 1 peserta didik diukur kompentensinya dalam menemukan (menunjukkan) pengetahuan faktual dan menjelaskan pengetahuan konseptual terkait dengan komitmen kebangsaan, toleransi, serta akomodatif dan inklusif, baik dalam konteks personal, masyarakat, maupun religius. Pada level ini peserta tes sudah memiliki kemampuan mengingat dan memahami dengan baik, tetapi belum memiliki kemampuan memadai untuk menerapkan, menganalisis dan mensintesis, mengevaluasi, terlebih mengkreasi. 

Pada level 2 peserta didik diukur kompetensinya dalam menerapkan pengetahuan prosedural terkait dengan komitmen kebangsaan, toleransi, serta akomodatif dan inklusif, baik dalam konteks personal, masyarakat, maupun religius. Pada level ini peserta tes sudah memiliki kemampuan mengingat, memahami, dan menerapkan dengan baik, tetapi belum memiliki kemampuan memadai untuk menganalisis dan mensintesis, mengevaluasi, terlebih mengkreasi. 

Pada level tertinggi (level 3) peserta didik diukur kompetensinya dalam merespon, menganalisis, merefleksi, mengevaluasi, dan mengkreasi berbagai pengetahuan terkait dengan komitmen kebangsaan, toleransi, serta akomodatif dan inklusif, baik dalam konteks personal, masyarakat, maupun religius. Pada level ini peserta tes sudah memiliki kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, serta mengevaluasi dan mengkreasi dengan baik.

5. Kompetensi

Literasi Sosial Budaya mengukur kompetensi enam proses berpikir (domain kognitif) peserta didik sesuai hierarki Taksonomi Bloom yang disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl yang kita kenal dengan C1 (mengingat), C2 (memahami) , C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Pada literasi ini, keenam proses kognitif tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) Menemukan dan Menjelaskan (C1 dan C2), (b) Menerapkan (C3), (c) Mengevaluasi (C4), dan (d) Mengevaluasi dan Mencipta (C5 dan C6). Perhatikan deskripsi pada tabel berikut:

Kompetensi

Pengertian

Menemukan dan Menjelaskan

Menemukan (menunjukkan) dan menjelaskan pengetahuan yang terkait dengan nilai-nilai dalam moderasi beragama serta kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menerapkan

Menerapkan dan memilih pengetahuan yang terkait dengan nilai-nilai dalam moderasi beragama serta kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mengevaluasi

Merespon, menganalisis, dan merefleksi pengetahuan yang terkait dengan nilai-nilai dalam moderasi beragama serta kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mengevaluasi dan Mencipta

Mengevaluasi dan mengkreasi pengetahuan yang terkait dengan nilai-nilai dalam moderasi beragama serta kehidupan berbangsa dan bernegara.

6. Konten Stimulus

Asesmen Literasi Sosial Budaya dalam AKMI menyuguhkan stimulus yang kontennya terdiri dari unsur-unsur berikut yaitu: identitas nasional, pahlawan, kepentingan golongan, integritas nasional, perbedaan SARA, gender, ide pembaharuan, rasis/diskriminatif, kearifan lokal, adopsi ide baru, dan perbedaan amaliah keagamaan. Konten stimulus dapat disuguhkan dalam bentuk narasi, infografik, dialog, komik atau poster, artikel ilmiah, artikel berita, dan multiteks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun