Mohon tunggu...
Lulu Aufia Hasanah
Lulu Aufia Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Ibn Khaldun Bogor

Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hoaks dan Informasi Viral: Apa Kata Teori Komunikasi?

18 Januari 2025   18:41 Diperbarui: 19 Januari 2025   14:18 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klaim bahwa Presiden Prabowo Subianto akan menyamakan gaji anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu contoh nyata dari hoaks yang menjadi viral baru-baru ini. Informasi ini menyebar dengan cepat di berbagai platform media sosial, menyebabkan perdebatan dan diskusi sengit di masyarakat. Pesan ini beredar dalam hitungan jam melalui platform populer seperti WhatsApp, Instagram, dan TikTok, memanfaatkan bentuk pesan berantai untuk menjangkau lebih banyak orang.

Meskipun demikian, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dengan tegas menolak pernyataan tersebut. Menurut Kominfo, tidak ada kebijakan atau pernyataan resmi dari pemerintah terkait masalah ini. Menurut pernyataan ini, informasi tersebut adalah hoaks yang dimaksudkan untuk menyesatkan masyarakat.

Mengapa Hoaks Ini Cepat Viral?

Karena menyentuh masalah sensitif seperti keadilan sosial dan pengelolaan anggaran negara, hoaks ini menarik perhatian publik. Orang sering mengalami respons emosional seperti kemarahan, kekecewaan, atau bahkan ketakutan karena topik-topik ini, yang pada akhirnya mendorong orang untuk berbagi informasi tanpa memverifikasi kebenarannya. Selain itu, hoaks yang menyangkut isu-isu yang "sejuta umat", seperti olahraga (terutama sepak bola), keagamaan, atau selebritas, cenderung mendapatkan perhatian lebih besar. Informasi semacam ini sering kali dikemas dengan cara yang memancing emosi, sehingga lebih mudah menyebar di masyarakat.

Kasus ini juga menunjukkan bagaimana faktor psikologis dan sosial saling berinteraksi dalam mendukung penyebaran hoaks. Dari sudut pandang psikologi, emosi negatif seperti kemarahan atau ketidakpuasan terhadap pemerintah sering kali menjadi pemicu utama. Ketika hoaks menyentuh isu-isu yang relevan dengan ketidakpuasan tersebut, orang lebih cenderung untuk mempercayai dan menyebarkan informasi itu. Dari sisi sosial, pengaruh public figure atau tokoh terkenal juga memainkan peran signifikan. Ketika sebuah klaim dibagikan oleh seseorang yang memiliki banyak pengikut atau dianggap memiliki kredibilitas (kepercayaan), orang lain lebih mungkin untuk menerima klaim tersebut tanpa mempertanyakan kebenarannya.

Dalam teori Uses and Gratifications (U&G), individu secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan tertentu, baik kebutuhan emosional maupun sosial. Dalam konteks ini, pengguna media sosial yang membagikan hoaks mungkin melakukannya untuk alasan berikut:

1. Interaksi Sosial

Media sosial memberikan ruang untuk memperluas jaringan pertemanan dan mempertahankan hubungan. Dengan membagikan konten, pengguna merasa lebih terhubung dengan komunitas daring mereka.

2. Hiburan

Banyak orang menggunakan media sosial sebagai cara untuk menghibur diri. Konten yang menarik, baik benar maupun palsu, sering kali menjadi sarana hiburan yang ringan dan menghibur.

3. Pencarian Informasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun