Pintu waktu yang terkunci, memegang rahasia suci,
Kisah kita menjadi puisi yang takkan pernah terlupakan,
Majasmu menyusup, merangkul hati yang merindu,
Seakan ikrarmu tersiar di balik keheningan malam.
Air mata membasahi sela-sela kenangan,
Bak varsha yang turun merindu tanah yang dahulu basah,
Dan dalam sepi, aku menangis merindukan pelukanmu
Puisi ini menceritakan tentang kerinduan dan kehilangan dengan menciptakan perasaan melankolis. Disaat penyair merindukan kisah cintanya ia, hanya bisa mengenang dan tidak bisa mengulang ini di ibaratkan sebagai "Pintu Waktu Yang Terkunci"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H