"Kami ingin mencari tahu terlebih dahulu, apa yang sebenarnya terjadi!" ujar mereka. Wajah Datuk Bahar seketika beruubah dan tampak tidak senang.
"Sudah kukatakan mereka yang bersalah, kenapa kalian tidak percaya?" bentaknya.
"Sebelum menghukum, kami ingin memastikan kebenaranny adahulu," jawab salah seorang warga.
"Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud ikut campur dalam masalah ini. Tapi saya ingin memastikan apa yang sebenarnya terjadi, itu sebabnya saya datang kemari," ucap pria tua itu memberanikan diri.
"Memangnya anda tahu apa?" bentdak Datuk Bahar. Suasana semakin tegang, tak seorang pun yang berani menjawab.
Tiba-tiba pria tua itu langsung menarik tangan Kepala Desa, kemudian memberikan beberapa butir biji Sebalik Sumpah. Tidak hanya kepada datuk Bahar, termasuk kepada Ali dan Syarif.
"Peganglah biji-biji ini, dia akan mengungkap semuanya," kata pria tua itu.
"Hah, kau pasti bohong. Mana ada biji seperti ini dapat mengungkapkan masala," jawab Datuk Bahar meremehkan.
"Jika kalian jujur biji ini akan tetap berwarna kuning, tapi jika kalian berbohong biji ini akan berubah warna menjadi hitam dan kalaian akan kena kutukan," jelas pria tua itu dengan tenang.
"Saya siap untuk melewati percobaan ini, saya akan membutikan jika kami tidak bersalah," ucap Syarif penuh percaya diri.
Datuk Bahar merasa bahwa dia memang mengatakan yang sebenarnya, jadi dia tidak perlu melewati percobaan. Penduduk desa terus mendesaknya untuk melakukan percobaan. Mereka segera melontarkan beberapa pertanyaan kepada Syarif, Ali dan Datuk Bahar. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat biji-biji yang digenggam oleh Datuk Bahar seketika menjadi hitam. Tak lama kemudian kulit datuk Bahar pun menjadi kemerahan dan terasa gatal. Datuk Bahar terus berteriak histeris, biji-biji yang digenggamnya jatuh.