Sementara cendikiawan muslim, siapa? Cak Nur, Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Azyumardi Azra, AM Safwan, Said Muniruddin, Al Makin, dan .... siapa lagi? Coba sebutkan nama-namanya.Â
Dikit, tak ada lagi figur yang dapat saya banggakan dari HMI. Â
Inilah kemunduran HMI yang dibicarakan dan dituliskan sebagian orang. Mereka mengkritisi hal ini. Peran HMI melahirkan cendikiawan muslim tak kelihatan lagi.
Agussalim Sitompul (bapak sejarahwan) HMI itu menuliskan 44 Indikator Kemunduran HMI. Sudah bertambah itu kanda!Â
NDP yang dibuat Cak Nur tak pernah lagi direvisi. Tak pernah lagi ditafsirkan ulang. Isi teks NDP tersebut telah ketinggalan zaman. Sangat jauh ketinggalan.Â
Baca juga:Â Kritik Ideologi HMI dan Amandemen NDP
Banyak sekali isu-isu terkini dunia yang tak masuk dalam teks tersebut. Hal ini membuat kader HMI "gagap" menghadapi perkembangan zaman.Â
Kader-kader HMI tak punya pegangan. Tak punya tokoh panutan. Tak ada penerus Munir untuk membela HAM.Â
Kader-kader HMI lebih suka bermain politik, mengikuti jejak senior-seniornya. Mereka pikir hanya jalur politik satu-satunya yang perlu kader jalani. Salah sekali cara pikir itu.Â
Di kampus, adindanya diajarin membenci organisasi mahasiswa lain. Politik kampus dijadikan peperangan "otot", seharusnya "otak".Â
Sikut-menyikut, hantam sana-sini, demo sana-sini untuk mendapatkan uang. Segala cara dihalalkan untuk sampai tujuan. Benar sekali kata Gus Dur tentang HMI. "HMI menghalalkan segala cara. Sementara PMII tak tahu caranya."