Mohon tunggu...
Lukman Hakim Dalimunthe
Lukman Hakim Dalimunthe Mohon Tunggu... Penulis - Founder Perpus Rakyat

Menulis untuk Hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik untuk HMI

6 Februari 2020   00:02 Diperbarui: 6 Februari 2020   00:04 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: duniaekspress.com

Jangan rusak HMI! Engkau akan menyakitiku. 

Sedih rasanya mengetahui HMI telah berumur 73 tahun. Umur yang begitu tua bagi sebuah organisasi mahasiswa. 

Hiruk pikuk konflik bangsa ini pernah dirasakan HMI. 2 tahun pasca kemerdekaan dan hingga tahun 2020 ini. Sudah tua lagi renta.

Di usia 73 tahun ini, dikit sekali tulisan kader HMI untuk mengkritisi organisasi tua ini. Terhitung jumlahnya. Dikit sekali gagasan segar muncul ke permukaan. 

Malah, mereka hanya asyik mengumbar kejayaan masa lalu. Memposting logo milad HMI. Hanya sebatas euforia. 

Baca juga: Akbar Tanjung, Aktor Kudeta Gus Dur

Di usia yang ke-73 ini, tak terhitung berapa banyak jumlah anak-anak sukses yang dilahirkan HMI. Ribuan orang dari Sabang sampai Merauke. 

Ada yang memilih menjadi populer, yaitu politisi dan birokrat. Ada yang memilih jalan sunyi, yaitu pemikir dan ideolog. 

HMI lebih banyak melahirkan politisi dibandingkan cendikiawan muslim. Kalau saya ibaratkan 99 % politisi, 1 % cendikiawan. (Untuk profesi lainnya masih ada).

Lihat saja di berbagai daerah, pasti ada saja itu alumni HMI yang menjabat sebagai anggota dewan, bupati/walikota, hingga gubernur.

Belum lagi di tingkat pusat. Wakil presiden dua kali dipegang alumni HMI. Menteri-menteri kabinet banyak sekali. Apalagi anggota DPR atau DPD. 

Sementara cendikiawan muslim, siapa? Cak Nur, Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Azyumardi Azra, AM Safwan, Said Muniruddin, Al Makin, dan .... siapa lagi? Coba sebutkan nama-namanya. 

Dikit, tak ada lagi figur yang dapat saya banggakan dari HMI.  

Inilah kemunduran HMI yang dibicarakan dan dituliskan sebagian orang. Mereka mengkritisi hal ini. Peran HMI melahirkan cendikiawan muslim tak kelihatan lagi.

Agussalim Sitompul (bapak sejarahwan) HMI itu menuliskan 44 Indikator Kemunduran HMI. Sudah bertambah itu kanda! 

NDP yang dibuat Cak Nur tak pernah lagi direvisi. Tak pernah lagi ditafsirkan ulang. Isi teks NDP tersebut telah ketinggalan zaman. Sangat jauh ketinggalan. 

Baca juga: Kritik Ideologi HMI dan Amandemen NDP

Banyak sekali isu-isu terkini dunia yang tak masuk dalam teks tersebut. Hal ini membuat kader HMI "gagap" menghadapi perkembangan zaman. 

Kader-kader HMI tak punya pegangan. Tak punya tokoh panutan. Tak ada penerus Munir untuk membela HAM. 

Kader-kader HMI lebih suka bermain politik, mengikuti jejak senior-seniornya. Mereka pikir hanya jalur politik satu-satunya yang perlu kader jalani. Salah sekali cara pikir itu. 

Di kampus, adindanya diajarin membenci organisasi mahasiswa lain. Politik kampus dijadikan peperangan "otot", seharusnya "otak". 

Sikut-menyikut, hantam sana-sini, demo sana-sini untuk mendapatkan uang. Segala cara dihalalkan untuk sampai tujuan. Benar sekali kata Gus Dur tentang HMI. "HMI menghalalkan segala cara. Sementara PMII tak tahu caranya."

Itu pernyataan Gus Dur, presiden Indonesia yang dikudeta oleh beberapa alumni HMI. Akbar Tanjung, Amien Rais, Anas Urbaningrum, Fuad Bawazier, dan sebagainya. 

Baca juga: Daftar Tokoh HMI/KAHMI dalam Dokumen Pelengseran Gus Dur

Bagaimana mungkin orang-orang seperti itu dapat dijadikan tauladan? Kenapa orang-orang seperti Cak Nur tak dijadikan tauladan? Kenapa? Apakah karena ia tidak bisa memberikan jabatan pada kalian? Memberikan jejaring pendanaan? 

Cak Nur telah menyarankan agar HMI dibubarkan saja. Pola training HMI telah merusak mahasiswa/i baru. Merusak pola pikir mereka. Menghantarkan mereka kepada jalan hitam politik. 

Sudah berapa kali HMI disarankan untuk dibubarkan. Tak ada yang mendengar hal tersebut. Mereka mencoba menutup mata, telinga, dan hati (eh, punya hati?) agar tetap mendapatkan keuntungan materi dari HMI. 

Berapa banyak alumni HMI ditangkap KPK? Banyak. Mereka keluar dan masuk tanpa ada rasa malu kepada himpunan. 

Gara-gara mereka, HMI diserang habis-habisan. HMI dicaci-maki di tengah masyarakat. Walaupun seperti itu, masih ada saja kader-kader yang mengundang mereka pada kegiatan cabang. 

Masih banyak juga kader-kader yang mengagumi mereka. Apa sebenarnya yang engkau harapkan dari mereka? 

Setelah engkau selesai dari HMI, engkau tak akan mendapatkan apa-apa jika tak menjilat ke senior. Kalaupun mendapatkan sebuah jabatan, itu adalah hasil sikut-sikutan. Hasil ancam sana-sini. Bejat sekali. 

Dana-dana yang diberikan politisi KAHMI kepada HMI perlu dipertanyakan. Uang itu berasal dari mana? Apakah itu uang korupsi? Apakah itu uang suap-menyuap?

Kita patut curiga bobroknya perkaderan HMI saat ini diakibatkan uang haram yang telah mendarah daging di tubuh kader-kader HMI.

Ah, keluh kesah ini terlalu banyak. Saya tak sanggup dan mulai menangis jika mengingat ini semua lagi.

Orang-orang kritis di HMI itu akan dibuang oleh mereka yang tak ingin diganggu kenyamanannya. 

Mereka akan diasingkan dan dijauhkan dari segala jaringan milik mereka. Setelah itu, kader kritis itu akan hilang dimakan zaman. Tak ada yang tahu ia ke mana lagi. 

Tetapi, setelah ia "besar" atas jalannya sendiri tanpa ada sangkut paut HMI, ia akan dibanggakan dan dipuja-puja sebagai alumni HMI yang telah sukses. Seperti inilah watak penjilat. 

PKI pernah ingin membubarkan HMI, tetapi gagal. Sementara Soeharto hampir berhasil membubarkan HMI dengan membuat HMI pecah menjadi dua. 

Baca juga: Fuad Bawazier dan Konflik Internal KAHMI

Setelah itu, Cak Nur pernah menyarankan agar HMI dibubarkan saja. "HMI sebaiknya dibubarkan saja, agar tidak menjadi bulan-bulanan dan dilaknat," ungkap Cak Nur di Auditorium LIPI, Jakarta, 2002 lalu. 

Isu-isu pembubaran HMI juga muncul dari beberapa penulis muda HMI. Sayang seribu sayang, tulisan itu tak dibaca oleh kader HMI sendiri. 

Baca saja malas, bagaimana ingin melahirkan gagasan-gagasan berkualitas bagi bangsa dan agama. Ah, tak perlulah diharapkan lagi. 

Bubarkan saja lah HMI ini! Berapa banyak dosa yang akan HMI lahirkan lagi? Berapa banyak manusia bejat yang akan lahir dari rahim suci ini? Ah, entahlah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun