Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggapai Nafsu Mutmainnah

28 Oktober 2024   19:09 Diperbarui: 29 Oktober 2024   07:34 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Subhan Ma'mun di tengah-tengah jamaah thariqah sadziliyah Brebes. dokpri.

Menggapai Nafsu Mutmainnah

Setiap manusia lahir di dunia memiliki nafsu yang akan mengantarkan untuk berbuat baik maupun jelek. Kondisi nafsu yang dominan pada seseorang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Bila nafsu jelek yang dominan dan menguasai perilakunya maka  seseorang akan melahirkan perilaku buruk. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui tentang nafsu, memahami dan mengendalikannya.

Nafsu yang dimiliki seseorang tidak menjadikan ia harus berada terus menerus pada level nafsu tersebut. Dari level nafsu jelek tentu harus berubah untuk berada pada nafsu yang baik. Nafsul Mutmainnah, nafsu yang di ridhai Allah Swt. Oleh karena itu, pahami macam-macam nafsu agar tidak tersesat di tengah jalan.

Pertama,  nafsu amarah (emosional), nafsu yang selalu mengajak untuk berbuat keburukan dan kemaksiatan. Nafsu ini bila dominan pada seseorang maka kecenderungan sifatnya untuk melakukan hal-hal yang negatif dan kejahatan samata. Nafsu yang bersifat destruktif merusak lingkungan dan tatanan kehidupan yang ada. Nafsu amarah sifatnya akan merusak diri manusia sendiri kalau ia tidak mampu untuk mengendalikannya.

Nafsu amarah menjadi nafsu yang sesat, aktivitasnya selalu meronta-ronta, liar ingin selalu keluar mendominasi dalam segala keinginan dan perilaku kehidupan manusia di dunia yang terisi fatamorgana (tidak ada menjadi seolah-olah ada).

Kedua nafsu Lawwamah, 

jiwa yang terbelenggu, nafsu berisi penyesalan dan mencela diri, tanpa disadari dalam perilaku seharian yang berkutat pada 

kondisi diri yang kurang melakukan kebaikan (minim kebaikan) dan menyesal atas segala perbuatan buruk yang pernah dilakukannya.

Nafsu lawwamah, pada dasarnya cenderung merusak dirinya sendiri (destruktif ke dalam). Pemikiran, perilaku maupun mental kehidupannya dipenuhi jiwa penyesalan, minder, kekecewaan, putus asa, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, kesedihan, meratapi masa lalu, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan menyalahkan diri sendiri.  Pola orientasi kehidupannya berpikir ke belakang, sehingga sangat sulit untuk meraih kepositifan di masa depan atau masa yang akan datang.

Nafsu Lawwamah bagaikan nafsu yang terpasung dalam jurang kegelapan, menggrogoti kelemahan kekebalan tubuh manusia yang terus menerus.  Sehingga akan membuat seseorang  tidak akan mengenal arti sabar dan syukur. Berlanjut pada munculnya gangguan pendengaran, penglihatan, bicara , dan mati rasa terhadap realita, karunia dari Allah, dan lupa terhadap ketetapan dan keputusan (Qodho Qodar) dari Allah Swt.

Ketiga nafsu Muthmainnah (spiritual) nafsu yang memiliki dan memperoleh ketenangan. Dalam setiap ibadah yang dilakukan atas dasar cinta kepada Allah Swt. Di saat melakukan sesuatu atau meninggalkannya selalu terngiang dalam benaknya "Apakah Allah Swt ridha ataukah  tidak dengan apa yang dikerjakannya?." Inilah nafsu yang diridhai Allah Swt.

Nafsu Mutmainnah apabila ditelusuri secara mendalam bukanlah jiwa yang tersesat maupun jiwa yang terbelenggu. Nafsu Mutmainnah seseorang yang telah menemukan jati dirinya, kesadaran, keberadaan, dan tujuan hidupnya sendiri. Jiwa yang ikhlas menerima bagian karunia dari Sang Maha Sutradara, senang dengan peran yang diberikan, bersabar dengan proses yang berjalan, dan bersyukur dengan hasil yang telah diterima.

Nafsu Mutmainnah merupakan jiwa yang tenang, tidak lagi membedakan kebahagiaan dan penderitaan,  masalah dan kesuksesan. Karena segala hal yang terjadi adalah sekenario Allah Swt untuk mendekati hamba-Nya, baik dengan duka maupun air mata.  Jiwa yang tenang telah ridha pada Allah,dan Allah ridha padanya.

Manusia menjadi makhluk yang sempurna dalam ciptaan-Nya, mulai bentuk tubuh (fisik), akal pikiran, dan dimensi mental. 

Ketiga perangkat tersebut sangat berkaitan erat satu sama lainnya. Apabila salah satunya sakit, bisa mengganggu bagian perangkat lainnya. semisal 

pikiran yang rusak depresi, akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti liver, darah tinggi, stroke, dan serangan jantung. Sama halnya dengan hati, jika dia baik maka akan baik seluruh tubuhnya, oleh karena itu jagalah hati agar selalu melahirkan sehat lahir dan batin.

Kalau seseorang  ingin mengalahkan nafsu yang jelek, nafsu amarah dan lawwamah maka dengan cara taat kepada Allah Swt. Taat menjadi penolong dari nafsu jelek menuju nafsu mutmainnah. Taat yang sungguh-sungguh pada Allah Swt   akan menjadi ditaati manusia dan akan tunduk seluruh makhluk di alam semesta. Semisal mendung mau hujan, ia akan taat ketika diperintahkan untuk tidak memuntahkan hujan.

Ada beberapa hal yang dilakukan dalam berlatih untuk mensucikan diri (riyadhoh). Riyadhoh fisik dengan olah raga, sedangkan riyadhoh jiwa dilakukan dengan memperkuat spiritual dengan melawan hawa nafsu dan latihan-latihan rohani lainnya.

Riyadhah adalah proses melatih diri untuk menyucikan jiwa dan memperkuat spiritual, dengan cara melawan hawa nafsu. 

Riyadhah dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengurangi makan dan tidur serta sedikit bicara. Riyadhah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat menjaga seorang mukmin dari kesalahan, baik terhadap manusia maupun makhluk lainnya, terutama kepada Allah Swt.

Mengurangi makan atau sedikit makan akan mematikan nafsu jahat yang bersemayam dalam setiap manusia. Sebaliknya dengan bayak makan akan menimbulkan kerasnya hati dan hilangnya cahaya hati. Kekenyangan dapat pula menjauhkan diri dari ibadah kepada Allah Swt. Tetapi lapar akan mempermudah masuknya cahaya hikmah dalam hati. Dengan banyak makan dan tidur, kelak saat kiamat datang, ia akan menjadi orang yang miskin dan bangkrut.

Dari lapar pula kita akan mengakui kesalahan-kesahan yang pernah dilakukan di hadapan Allah Swt. Disamping menahan lapar ada nilai pahala dari Allah Swt dan menjadi amalan yang dicintai Allah Swt, menahan lapar dan haus (puasa) juga merupakan berjuang di jalan Allah Swt. Walaupun ibadah berpuasa dapat dikatakan ibadah untuk dirinya sendiri berbeda dengan zuhud dermawan untuk membantu orang lain. Namun dengan puasa kita diharapkan  dapat merasakan bagaimana rasanya orang yang kesusahan dalam menahan lapar dan haus.

Melalui riyadha sedikit tidur akan melahirkan kebaikan dan kecerdasan, begitu juga dengan sedikit bicara akan menyelamatkan dari berbagai fitnah. Dalam bahasa jawa dikenal ungkapan "larane dibabak sedelat larane ati tekan mati"  Sakitnya luka karena pukulan terasa sebentar sakitnya hati akan sulit disembuhkan terbawa sampai mati dan hingga sampai anak cucu nanti. Luka yang dibuat karena salah bicara, menghina, menyakiti, maka sakitnya akan sangat sulit dihilangkan. 

Untuk menyelamatkan dan memiliki generasi yang sehat, maka jadilah manusia yang tidak  mudah terbawa oleh isu yang tidak bertanggungjawab sehingga ia akan mudah meraih masa depan dengan cerah. Biarlah anjing menggongong kafilah tetap berlalu. Hiraukan orang yang mencemooh dan menggunjing, usaha kebaikan tetap harus berjalan selalu.

Riyadhah selanjutnya adalah riyadhah dzikir, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membersihkan hati dan menghapus dosa melalui bertaubat permohonan ampunan dan bermunajat sebagai ikhtiar mengapai keinginan.

Dalam setiap riyadhah janganlah meninggalkan sholat karena sholat untuk membuka pintu hadir di hadapan Allah Swt. Sholat itu ibarat mengetuk pintu surga Allah Swt. Apabila dilakukan secara terus menerus mengetuk pintu surga mudah-mudahan dimudahkan untuk dapat masuk ke dalamnya. Tidak ketinggalan pula hiasi cahaya hatimu dengan perbanyak puasa, karena amalan  para wali Allah Swt melalui jalur banyak puasanya.

Di catatan ngaji diingatkan sesungguhnya  Allah Swt menilai kepribadian setiap hamba-Nya, oleh karena itu jadilah manusia yang menyukai kedamaian tidak saling mengadu domba dan bermusuhan sesamanya. Terimalah kenyataan yang ada dan telah terjadi.  Wallahu'alam bishowab.

Lukmanrandusanga ngaji mukasyafatul qulub (minggu, 27/10/2024) bersama KH. Subhan Ma'mun. Ngaji Minggu pahingan putaran ke-266 Thariqah Sadziliyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun