Nikah menjadi perjanjian yang mudah diucapkan dan sangat berat untuk merawat dan memegangnya. Nikah sebagai perjanjian dan ikatan yang akan memiliki usia lama dijalaninya, perlu pengobanan dan kesabaran dalam merawatnya pula.
Khutbah nikah bagi penulis yang ikut menyaksikan ijab qobul mas Izul laksana badan yang tersiram air dingin untuk menyegarkan kembali ingatan perjanjian suci penulis dengan istri.
Setelah khutbah nikah selesai dilanjutkan dengan proses ijab kobul, namun sebelum pelaksanaan ada proses latihan terlebih dahulu.
"Mau menggunakan bahasa apa" tanya pak pengulu menawarkan kepada calon pengantin laki-laki dalam proses ijab qobul.Â
"Bahasa arab" jawab mas Izul dengan tegas. Sehingga cukup jelas bahwa proses pernikahan Mas IzulÂ
menggunakan bahasa arab.
Latihan ijab qobulpun dimulai... dan ternyata hanya cukup latihan sekali saja langsung lancar. Sehingga proses nikah bisa langsung dilaksanakan.
Para saksipun di minta oleh bapak pengulu untuk memperhatikan dan mendengarkan proses berjalanya ijab qobul.
Saat pak pengulu memberikan isarat untuk menjawab, Â maka mas Izul langsung berkata Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur...
Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir. Â Doa keberkahan buat kedua mempelai setelah proses ijab kobul selesai dilaksanakan yang dipimpin oleh petugas dari KUA Kecamatan Losari.
Pengantin putri selanjutnya dihadirkan dan disandingkan dengan pengantin laki-laki, untuk menantangani buku nikah dan menerima mahar dari penganten putra.