Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis - wartawan

Menulis adalah bekerja untuk keabadian - P.A.Toer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alerta! Teknik Infiltrasi Aparat ke Dalam Profesi Wartawan adalah Bentuk Subordinate

3 Februari 2023   18:56 Diperbarui: 3 Februari 2023   19:03 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendaftar lewat ID personal, mendapat kartu pers sebagai bekal surveillance dan masuk namanya dalam boks redaksi dengan nama julukan, bukan nama di ktp. Sempurna bukan deception yang mereka lakukan.

Sewaktu beberapa teman di institusi mendadak "mesra" dengan rutin menyapa di pesan whatsapp wartawan, insting jurnalistik penulis yang sudah tahu lebih dahulu arah policy petinggi di Truno sana, cuma membalas pesan tadi dengan nada candaan. 

Hampir seminggu lamanya, penulis diberi tenggat oleh mereka mengulur-ulur kopi darat yang digagas oleh mereka. Ketika timingnya sudah mepet, atasan teman institusi tadi serta merta menelpon langsung dengan nada setengah memaksa untuk bertemu. Karena berdasar pengalaman penulis, jaringan informasi sangatlah penting. 

Akhirnya pertemuan pun terjadi. Dan alhamdulillah mind mapping atasan teman tadi sudah jelas terlihat dan penulis punya antitesis dari teori infiltrasi petinggi- petinggi mereka di pusat yang secara bersamaan sedang menyiapkan jalur sutra menuju istana kekuasaan. 

Singkat cerita mereka mendapatkan apa yang diinginkan. Kartu pers, fake name di boks redaksi media siber nasional serta -ini yang diincar- keleluasaan masuk ke segala lini sosial setelah sebelumnya terkungkung oleh kategori "kamtibmas" saja. Bukankah di tahun 2017-2019 oposisi sedang kuat-kuatnya? 

Jadi untuk melemahkan sendi-sendi komunikasi jaringan oposisi, dibentuklah sebuah jaringan intelijen yang terdiri dari "wartawan" dengan proses menyusup seperti kisah diatas. Dan bisa disebut pendekatan seperti itu sah-sah saja namun beraroma licik dan menghalalkan segala cara. Artinya, institusi itu sedari 2017 yang lalu otomatis sudah menilai pers sebagai subordinat yang takluk dan berada dalam struktur yang dibuat institusi. 

Teknik infiltrasi yang mudah dilihat kasat mata adalah, media yang mengambil bahan utama liputan press release institusi tadi. Bagian humas tentu senang, karena 95% tugasnya dilakukan dengan sukarela oleh wartawan yang pemikirannya belum sampai ke arah profesi. Mungkin cuma sekedar "kalau ditanya tetangga rumah kerja apa kan bisa jawab" Hehe.

Oligarki Sudah Masuk ke Segala Lini?  

Kaitan antara institusi ini dengan oligarki sepertinya sudah jadi rahasia umum. Betapa seorang tokoh nasional yang dikenal sebagai konglomerat mampu menduduki posisi menentukan, bahkan bisa memberi perintah yang harus dilaksanakan oleh sekelas bintang dua institusi. 

Satuan elit institusi tadi bukan tanpa reason bisa dipilih untuk diduduki oleh -rumor beredar taipan ini adalah double agent MSS RRC- Mister Mayapada. Selain dikenal paling lengkap dan modern persenjataannya, alur perintahnya dikatakan mirip pasukan khusus. 

Taktis, selalu berhasil, senyap dan tentunya mematikan. Seram gak tuh? Nah dengan adanya campur tangan kebijakan oleh konglo tadi, bukan hal yang mengherankan patron 2017 ini masih berlangsung sampai sekarang. Pers dijadikan subordinate institusi, punya kanal berita sendiri, tahu kelemahan dunia pers (salah satunya banyak media yang tak menggaji bulanan wartawan mereka), serta sebagai tempat paling nyaman melakukan kerja-kerja intelijen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun