Mohon tunggu...
Luhur Pambudi
Luhur Pambudi Mohon Tunggu... Staff Pengajar SOBAR Institute of Phylosphia -

Perut Kenyang Hatipun Senang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kerumitan dan Ketidaksepahamannya

8 Juli 2017   22:05 Diperbarui: 8 Juli 2017   22:27 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini sejelas jelasnya definisi, ku tandaskan biar memperjelas status ontologi; apa itu hasutan? Apa itu kemurnian. Tentu kau paham, karena ini sempat menjadi yang kita maksudkan

Atau justru jauh dari pemahaman, karena memang kau tak benar-benar sama dalam merumuskan makna

Ah? Sebagai itikad, Hitler-pun demikian, "manisku."

Apa masih ada sisa rasa benci yang masih tertinggal karena tak tuntas mencabut akar,

setelah kata "kejam" menandai sejarah dari sisa umurnya, padahal ia hanyalah pegawai negeri petugas partai.

Ia tak pernah punya ukuran menguji perkara-perkara silogisme; ide, tanda dan adanya ada

Ia sama seperti nasibku semalam

Atau sebaliknya. Juga nasib yahudi, yang sempat berteman sejenak, sesingkat sejarah menulisnya

Lucunya, dengan Jerman saat kanselir masih bergeming pada Nazi bersemboyan demagog, "der fuhrer!"

Hanya bersisa sejumlah manusia, agar bercerita tentang hebatnya panser, santet, bom kimia, berondong senapan, bergentayangan mengganti tugas kabut bebarengan dengan deru kapal terbang USS pada cucu mereka setelah pulang, dari perang, pembantaian, dan rasa iba ampunan Tuhan

Maksudku,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun