Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mati Surinya Kereta Api Mutiara Timur

24 Agustus 2022   20:05 Diperbarui: 25 Agustus 2022   10:48 6563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Mutiara Timur dengan rangkaian baja nirkarat tiba di Stasiun Ketapang. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kereta Api Mutiara Timur adalah kereta api tertua yang masih dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daop) 9 Jember. Sejak 6 Maret 1972 hingga saat ini, kereta api kebanggaan warga Daop 9 Jember ini masih aktif beroperasi walaupun tidak reguler.

Lima puluh tahun yang lalu, Kereta Api Mutiara Timur untuk pertama kalinya beroperasi dengan rute Surabaya-Banyuwangi dan sebaliknya. Pada awalnya, kereta api ini menawarkan layanan kelas bisnis dan ekonomi.

Kemudian di tahun 1996, layanan kereta api ini ditingkatkan menjadi kelas eksekutif dan bisnis. Sekitar 15 Desember 2018, Kereta Api Mutiara Timur mulai menggunakan rangkaian baja nirkarat produksi Industri Kereta Api (INKA) tahun 2018 dan melayani kelas eksekutif dan ekonomi premium.

Sejak 10 Februari 2021 dengan berlakunya Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2021, Kereta Api Mutiara Timur diperpanjang rutenya menjadi Banyuwangi-Yogyakarta. Kemudian pada akhir Maret 2022, layanan kereta api ini diturunkan menjadi kelas eksekutif dan ekonomi plus.

Kereta Api Mutiara Timur hingga dekade 2000-an terkenal dengan keunikan layanannya yang mampu mengantarkan penumpangnya hingga Denpasar, Bali. Bekerja sama dengan DAMRI, kereta api ini menawarkan layanan lanjutan bagi penumpang yang akan menuju ke Pulau Dewata.

Penumpang dengan tiket perjalanan sampai Denpasar dapat menggunakan Kereta Api Mutiara Timur hingga Stasiun Ketapang (dulu Banyuwangi Baru). Selanjutnya, akan ada bus milik DAMRI yang siap menunggu di halaman stasiun untuk melanjutkan perjalanan hingga Kota Denpasar.

Selain layanan tersebut, Kereta Api Mutiara Timur juga pernah memiliki rute akhir hingga Stasiun Surabaya Pasar Turi. Pada penerapan Gapeka 2019 per 1 Desember 2019, 2 perjalanan kereta api (nomor 184 dan 185) ini dimulai dan diakhiri di Stasiun Surabaya Pasar Turi. Adapun 2 perjalanan yang dimaksud adalah perjalanan malam dari Banyuwangi-Surabaya dan perjalanan pagi dari Surabaya-Banyuwangi.

Terdampak penyebaran pandemi Covid-19, perjalanan Kereta Api Mutiara Timur akhirnya dihentikan untuk sementara waktu. Perjalanannya dibatalkan dan tidak pernah beroperasi selama sisa berlakunya Gapeka 2019.

Pada penerapan Gapeka 2021, Kereta Api Mutiara Timur mengalami perpanjangan relasi dari awalnya Ketapang-Surabaya Gubeng/Pasar Turi pp menjadi Ketapang-Yogyakarta pp. Kereta api ini dijadwalkan beroperasi secara reguler dengan nomor perjalanan 179-182.

Dengan mulai diberlakukannya vaksinasi dan dilonggarkannya perjalanan kereta api, satu per satu perjalanan kereta api di Daop 9 Jember juga mulai beroperasi reguler. Namun, tidak dengan Mutiara Timur. Meskipun dijadwalkan reguler pada Gapeka 2021, faktanya kereta api ini rasanya hanya seperti fakultatif (tambahan) saja dan terkesan mati suri.

Mutiara Timur hanya beroperasi pada saat-saat tertentu saja, seperti akhir pekan atau jika diumumkan saja oleh layanan pelanggan (CS) KAI melalui media sosial. Bahkan, seperti dijelaskan di awal, rangkaian baja nirkarat juga digantikan rangkaian biasa dengan kelas eksekutif dan ekonomi plus.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa perpanjangan relasi perjalanan kereta api ini tidak menguntungkan secara ekonomi. Jumlah penumpang yang diangkut tidak sesuai dengan target KAI sehingga pada akhirnya kereta api kebanggan warga Daop 9 Jember ini pun akhirnya menganggur dan mati suri.

Pada awalnya, perpanjangan rute Kereta Api Mutiara Timur diharapkan mampu mendorong wisatawan dari Yogyakarta menuju Bali (lewat Banyuwangi), begitu pula sebaliknya. Namun harapan ini akhirnya tidak terwujud hingga sekarang dan bahkan banyak pengguna kereta api yang melayangkan protes untuk mengembalikan jadwal perjalanan kereta api ini.

Kegagalan Kereta Api Mutiara Timur dalam menjangkau target pasar ini setidaknya disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, jadwal perjalanannya yang kurang sesuai dengan permintaan pelanggan. Kedua, tarifnya yang relatif lebih mahal dibandingkan kereta api lain dengan rute serupa.

Mengenai jadwal perjalanan, sejak diberlakukannya Gapeka 2021, Mutiara Timur hanya memiliki 2 jadwal perjalanan saja dalam sehari. Dari Banyuwangi (Stasiun Ketapang) diberangkatkan pada pukul 17.30 WIB dan dari Yogyakarta diberangkatkan pada pukul 20.05 WIB.

Sebelumnya, Mutiara Timur memiliki 4 jadwal perjalanan dalam sehari. Dua perjalanan dari Banyuwangi pada pagi dan malam, serta 2 perjalanan dari Surabaya pada pagi dan malam.

Jadwal kereta api ini sebelumnya bisa dibilang cukup enak bagi pengguna kereta api baik dari Banyuwangi maupun Surabaya. Tidak terlalu pagi dan tidak terlalu malam. Umumnya, Mutiara Timur pagi diberangkatkan antara pukul 8-9 pagi dan Mutiara Timur malam pada pukul 22-23 malam.

Pelanggan dibebaskan memilih perjalanan. Apakah ingin melakukan perjalanan pada pagi-siang hari ataukah ingin bisa beristirahat selama perjalanan dengan perjalanan malam hari.

Waktu perjalanan kereta api ini juga relatif cepat pada saat itu, sekitar 6 jam 30 menit. Waktu tempuh yang cepat dan layanan kelas yang ternyaman saat itu menjadi nilai tambah bagi Mutiara Timur.

Di samping itu, jadwal kedatangan Mutiara Timur baik di Surabaya maupun di Banyuwangi, bisa dibilang sangat cocok. Mutiara Timur tiba di Banyuwangi masing-masing sekitar pukul 4 pagi dan 3 sore.

Jadwal kedatangan pagi cocok bagi pelanggan yang akan langsung beraktivitas pada pagi hari. Ada jeda waktu yang pas untuk mandi, sarapan, dan beraktivitas. Selain itu, jam tersebut mempermudah pelanggan yang masih akan menggunakan transportasi lanjutan seperti angkutan kota (angkot) atau taksi.

Pada jam tersebut biasanya para sopir akan menunggu di halaman stasiun karena jadwalnya yang berdekatan dengan keberangkatan Kereta Api Tawang Alun. Setelah mengantarkan penumpang Kereta Api Tawangalun, para sopir ini akan menunggu sebentar untuk siap mengangkut para penumpang Kereta Api Mutiara Timur yang baru saja tiba.

Begitu juga dengan jadwal kedatangan sore di Banyuwangi. Cocok untuk pelanggan yang akan melanjutkan aktivitas atau melanjutkan perjalanan hingga ke Bali. 

Pengguna Mutiara Timur siang bakal disambut dengan hangatnya udara sore di Banyuwangi. Selain itu juga, pada waktu tersebut sangat mudah bagi pengguna kereta api ini untuk mencari moda transportasi lanjutan seperti angkot dan taksi.

Sementara itu di Surabaya, perilaku konsumennya kurang lebih sama dengan yang ada di Banyuwangi. Bedanya, ada beberapa pelanggan yang biasanya memanfaatkan waktu kedatangan maupun keberangkatan Mutiara Timur untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta api lainnya.

Untuk kedatangan pagi misalnya, jadwal kedatangan Mutiara Timur di Surabaya tidak begitu jauh dengan Kereta Api Argo Wilis, Logawa, Ranggajati, dan kereta lainnya yang lanjut ke arah barat via jalur selatan. 

Demikian juga dengan kedatangan sore di Surabaya Gubeng juga tidak jauh dari keberangkatan Kereta Api Bima, Turangga, dan kereta api malam lainnya yang melanjutkan perjalanan ke arah barat via jalur selatan.

Kemudian, jadwal keberangkatan Mutiara Timur dari Surabaya juga cocok dengan jadwal keberangkatan Mutiara Timur dari Surabaya yang mana juga tidak terlalu jauh dengan kedatangan kereta-kereta dari arah barat via jalur selatan. Pelanggan yang mencari kenyamanan, bisa menggunakan Kereta Api Mutiara Timur untuk melanjutkan perjalanannya hingga ke Banyuwangi.

Intinya, jadwal kereta api ini sudah cocok baik untuk pelanggan yang mengakhiri perjalanan maupun yang akan melanjutkan perjalanan dengan kereta api atau moda transportasi lainnya. Sayang, kecocokan ini akhirnya kabur setelah jadwal perjalanan dan rute kereta api ini diperpanjang.

Mutiara Timur, bukan satu-satunya pelaju di lintas Banyuwangi-Yogyakarta. Ada 2 kereta lain yang juga melayani rute ini. Keduanya adalah Sritanjung dan Wijayakusuma. Itu belum ditambah 2 kereta lain di Daop 9 Jember yang juga melintasi rute yang sama, meskipun mengawali perjalanan dari Jember. Keduanya adalah Logawa dan Ranggajati.

Dari Banyuwangi saja, keberangkatan Mutiara Timur bisa dibilang bermasalah, karena tinggal mengangkut sisa-sisa penumpang yang akan turun di antara lintas Banyuwangi-Yogyakarta. 

Para pengguna kereta api ini biasanya lebih memilih menggunakan kereta api lain seperti Sritanjung yang memiliki jadwal pagi atau Wijayakusuma yang berangkat sekitar pukul 10.30 WIB.

Baik Sritanjung maupun Wijayakusuma punya jadwal yang cocok, terutama ketika sudah tiba di Surabaya dan Yogyakarta. Keduanya, memiliki kecocokan bagi pelanggan yang transit di Stasiun Surabaya Gubeng untuk melanjutkan perjalanan ke wilayah lain.

Saya sendiri pernah mencoba transit di Surabaya Gubeng, masing-masing dengan Kereta Api Sritanjung dan Wijayakusuma. Dengan Sritanjung, saya bisa melanjutkan perjalanan ke Purwokerto dengan Kereta Api Jayakarta dengan hanya menunggu waktu sekitar 2 jam saja. Sedangkan dengan Wijayakusuma, saya cukup menunggu sekitar 1 jam untuk melanjutkan perjalanan dengan Kereta Api Lokal Penataran menuju ke Kota Malang.

Dengan Kereta Api Wijayakusuma juga, saya pernah melakukan perjalanan langsung hingga Yogyakarta. Meskipun kedatangannya malam hari, sekitar pukul 10-11 malam, setibanya di Yogyakarta saya bisa langsung menuju ke penginapan untuk beristirahat dan melanjutkan berwisata pada keesokan paginya.

Kereta Api Mutiara Timur sendiri tiba di Surabaya pada tengah malam dan tiba di Yogyakarta pada pagi hari. Ini memanjakan para pelanggan yang melakukan perjalanan langsung dari Banyuwangi maupun Yogyakarta ke stasiun tujuan akhir. Namun, jadwal ini tidak bersahabat bagi pengguna kereta api yang biasanya transit di Surabaya Gubeng untuk melanjutkan perjalanan.

Terbukti, sejak berubahnya jadwal perjalanan kereta api ini saya akhirnya memilih menggunakan kereta api lain untuk melakukan perjalanan dari Banyuwangi menuju Jakarta dan sebaliknya. 

Perjalanan dari Banyuwangi, saya memilih menggunakan Tawangalun untuk transit di Malang dan melanjutkan perjalanan hingga Jakarta. Kemudian dari Jakarta, saya menggunakan Kereta Api Bima dan transit di Surabaya Gubeng untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi menggunakan Probowangi.

Sebenarnya, saya menghindari menggunakan kereta api kelas ekonomi bersubsidi. Namun, tidak ada pilihan lain karena hanya itu saja kereta terdekat yang jadwal keberangkatannya dekat dengan Bima. Padahal, jika ada Mutiara Timur yang berangkat pukul 8-9 pagi, saya pasti akan memilihnya dengan alasan kenyamanan.

Seperti yang saya tuliskan di awal, jadwal baru Kereta Api Mutiara Timur ini memanjakan pelanggan yang melakukan perjalanan langsung hingga stasiun akhir. Sayangnya hal tersebut menjadi semu jika membandingkan harga tiket dan layanan yang diberikan saat ini.

Tarif kelas eksekutif Mutiara Timur berada di kisaran Rp385-425 ribu dan tarif kelas ekonominya antara Rp290-340 ribu. Tarif terendahnya lebih mahal sedikit dibandingkan Wijayakusuma yang memiliki tarif sekitar Rp365-485 ribu untuk kelas eksekutif dan Rp270-330 ribu untuk tarif kelas ekonominya.

Namun, perlu diingat meskipun sama-sama menggunakan layanan kereta eksekutif, pada kelas ekonominya kedua kereta tersebut memiliki perbedaan. Wijayakusuma menawarkan kelas ekonomi premium produksi INKA tahun 2017 sementara Mutiara Timur menggunakan kereta kelas ekonomi plus yang kursinya berhadapan dan tidak dapat diatur sudut sandarannya.

Waktu tempuh Wijayakusuma pun lebih cepat dibandingkan Mutiara Timur. Dengan rute sama, Wijayakusuma menawarkan waktu tempuh sekitar 11 jam 38 menit sedangkan Mutiara Timur sekitar 12 jam 5 menit. Namun, untuk perjalanan Yogyakarta-Banyuwangi, keduanya sama-sama memiliki waktu tempuh sekitar 11 jam 25 menit.

Dari beberapa perbandingan seperti jadwal, layanan, tarif, dan waktu tempuhnya saja, kira-kira mana kereta api yang akan Kompasianer/pembaca pilih? Jika melihat dari sisi kenyamanan kelas terendah yang ditawarkan, saya lebih baik menggunakan Wijayakusuma, meskipun tarifnya sedikit lebih mahal dari Mutiara Timur. Lebih baik nambah biaya sedikit, yang penting punggung dan kaki masih aman sampai tujuan akhir.

Dari pemaparan yang panjang ini, sebagai pelanggan kereta api di wilayah Daop 9 Jember, saya berharap KAI dapat menjadikan tulisan ini sebagai pertimbangan untuk mengevaluasi dan memperbaiki jadwal Mutiara Timur. 

Selain menjadi kebanggan, kereta api ini dinilai memiliki layanan terbaik se-Daop 9 Jember dan jadwal perjalanan yang enak, baik untuk pelanggan yang mengakhiri perjalanan atau yang akan melanjutkan perjalanannya dengan kereta api lainnya.

Selain jadwal, besar harapan saya Mutiara Timur kembali dengan layanan terbaiknya, yaitu menggunakan rangkaian baja nirkarat. Penggunaan rangkaian tersebut memberikan kesan mewah dan memberikan kenyamanan lebih bagi pelanggan Kereta Api Mutiara Timur, kereta api tertua yang masih beroperasi di Daop 9 Jember.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun