Memperingati Hari Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia, Kereta Api Indonesia (KAI) dan Komunitas Indonesian Railway for Preservation Society (IRPS) menghadirkan armada kereta api bersejarah.
Lokomotif listrik ESS3201 dan 2 kereta Djoko Kendil dioperasikan pada 17 Agustus 2022 kemarin dari Stasiun Jakarta Kota hingga Stasiun Tanjung Priok.
Direktur Utama (Dirut) KAI Didiek Hartantyo menjelaskan bahwa kegiatan operasional kereta api bersejarah tersebut adalah sebagai penyemangat tentang Indonesia Merdeka.
Selain itu, kegiatan tersebut juga sebagai bukti nyata bahwa KAI turut melestarikan warisan sejarah berupa sarana rolling stock.
Ketua IRPS Ricky Dirjo menyebutkan bahwa lokomotif ESS3201 (Bon-Bon) dan kereta Djoko Kendil merupakan warisan sejarah yang masih bisa dilihat oleh masyarakat.
Ia berharap, perjalanan lokomotif dan kereta bersejarah ini dapat terus dilanjutkan di masa mendatang, misalnya saat ulang tahun KAI, lokomotif dan kereta dapat dijalankan hingga ke Bogor.
Sejarah Singkat Lokomotif Seri ESS3200
Lokomotif ESS3200 series adalah lokomotif listrik yang pernah beroperasi di Indonesia pada tahun 1925 hingga pertengahan era 1970-an.
Pabrikan Werkspoor N.V. Belanda yang memproduksi lokomotif seri ini sebanyak 6 unit dan didatangkan pada tahun 1925 sebanyak 2 unit dan 1927 sebanyak 4 unit.
Pada awalnya, Elektrische Staatsspoorwegen (ESS) mengoperasikan lokomotif ini di lintas Stasiun Tanjung Priok hingga Stasiun Meester Cornelis (sekarang Jatinegara).
Saat itu, elektrifikasi jalur rel di Hindia Belanda memang telah dilakukan di lintas tersebut mulai tahun 1923 dengan listrik aliran atas (LAA) bertegangan 1500 V DC.
Pada tahun 1930, ketika elektrifikasi sudah mencapai wilayah Depok dan Buitenzorg (sekarang Bogor) lokomotif seri ESS3200 ini kemudian juga dioperasikan hingga kedua wilayah itu.
Seri ESS3200 terakhir beroperasi menarik kereta api lokal hingga tahun 1970-an seiring dengan menurunnya kondisi lokomotif ini.
Sebagai penggantinya, pada tahun 1976 mulai didatangkan kereta rel listrik (KRL) Rheostatik buatan Jepang dan pada akhirnya tidak ada lagi seri ESS3200 yang beroperasi pada tahun 1980-an.
Preservasi dan Restorasi Lokomotif Seri ESS3200
Dari 6 unit lokomotif seri ESS3200, hanya tersisa 1 unit yang kondisinya terbengkalai di kebun kereta Balai Yasa Manggarai.
Lokomotif ini diduga bernomor ESS3202, namun pada saat ditemukan plat nomor lokomotif sudah dalam kondisi hilang.
Di tahun 2007 atas inisiatif IRPS, lokomotif ini dipreservasi dan direstorasi oleh KAI (saat itu masih bernama PT Kereta Api/PT KA).
Komponen seperti mesin dan pantograf diambilkan dari unit KRL Rheostatik yang ada di Balai Yasa Manggarai.
Soal penomoran lokomotif ini, sempat terjadi perdebatan, karena lokomotif ESS3201 sebenarnya sudah dirucat dan afkir karena kerusakan parah akibat tabrakan antar kereta di daerah Ratujaya pada 1968.
Namun, karena sudah terlanjur, akhirnya penomoran lokomotif tersebut ditetapkan menjadi ESS3201 walaupun hal tersebut adalah sebuah kesalahan.
Sejarah Singkat Kereta Djoko Kendil
Kereta Djoko Kendil memiliki nomor seri SS9000 yang dibeli oleh perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1938.
Pabrikan asal Belanda yaitu Beynes yang memproduksi kereta seri ini untuk melengkapi sarana kereta mewah milik SS, Java Nacht Expres.
Java Nacht Expres sendiri merupakan kereta ekspres malam yang memiliki rute Jakarta-Surabaya lewat Purwokerto dan Yogyakarta dengan waktu tempuh 11 jam 27 menit.
Kereta ini memiliki fasilitas tempat tidur dan penyejuk udara serta dilengkapi dengan roller bearing pada bagian bogie yang dirancang untuk melaju dengan kecepatan tinggi.
Seiring dengan mulai tuanya armada kereta ini, SS9000 akhirnya turun kelas menjadi kereta kelas ekonomi dan kereta penolong.
Rehabilitasi SS9000
Proses rehabilitasi kereta seri SS9000 dilakukan oleh Balai Yasa Surabaya Gubeng mulai tahun 2008 dengan menyelamatkan 2 unit kereta yang masih tersisa.
Kedua kereta yang tersisa adalah kereta penumpang kelas ekonomi bernomor K3 38201 dan kereta penolong dengan nomor NRU 38201.
Balai Yasa Surabaya Gubeng melakukan rehabilitasi kedua unit kereta itu pada bagian interior dan eksteriornya dengan tujuan menjadikannya kembali sebagai kereta mewah.
Untuk memudahkan dalam mengingat 2 unit kereta ini, maka kereta tersebut diberi nama Djoko Kendil. Penomoran kereta ini juga diubah menjadi IW 3821 (eks K3 38201) dan IW 38221 (eks NRU 38201).
Rehabilitasi yang dilakukan Balai Yasa Surabaya Gubeng berhasil membuat kereta Djoko Kendil kembali mewah dengan fasilitas penyejuk udara, meja dan kursi yang dapat diubah posisinya, serta tersedia juga mini bar dan layar LCD 36 inch.
Fasilitas Kereta Djoko Kendil
Masing-masing kereta Djoko Kendil memiliki fasilitas berbeda, namun saling melengkapi satu sama lain, sehingga saat beroperasi, kedua kereta ini tidak dapat dipisahkan.
Adapun pada IW 3821, terdapat fasilitas ruang rapat dengan kursi bundar tanpa sandaran dengan ukiran khas Jawa dan meja berbentuk oval.
Di dalam kereta tersebut terdapat juga fasilitas mini bar yang cukup luas, karaoke, audio-video lengkap dengan TV LCD 36 inch yang juga dapat digunakan sebagai media presentasi. Tidak lupa, ada fasilitas toilet yang cukup mewah di dalam kereta ini.
Selanjutnya pada IW 38221, terdapat fasilitas berupa ruang rapat yang dilengkapi 3 sofa berkapasitas masing-masing 3 orang, serta ruangan dengan kapasitas 10 tempat duduk.
Ada pula ruang balkon yang memungkinkan penumpang untuk bisa melihat pemandangan di arag belakang kereta. Ruangan balkon tersebut dilengkapi dengan sofa berkapasitas 3 orang.
Kereta ini juga memiliki fasilitas yang serupa dengan IW 3821 yaitu adanya toilet, audio-video yang dilengkapi TV LCD 36 inch, dan ruangan bagasi.
Untuk kapasitas maksimal masing-masing kereta Djoko Kendil ini adalah 20 orang (IW 3821) dan 28 orang (IW 38221).
Perjalanan BonBon dan Djoko Kendil
Perjalanan lokomotif Bon-Bon dan kereta Djoko Kendil yang dilakukan KAI dan IRPS kemarin bukan kali pertama yang dilakukan.
Pada tahun 2009, lokomotif Bon-Bon ini pernah melakukan perjalanan ke Stasiun Tanjung Priok untuk mendukung peresmian penggunaan bangunan stasiun yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Di tahun yang sama, kereta Djoko Kendil juga dipercaya untuk membawa rombongan presiden dan menteri dari Stasiun Tanjung Priok menuju Stasiun Pasar Senen.
Pada tahun 2013, lokomotif BonBon yang menarik kereta Djoko Kendil juga sempat diujicobakan menuju Stasiun Depok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H