Jepang, negara yang terkenal karena sistem kereta apinya yang efisien, tepat waktu, dan berteknologi tinggi, mengundang berbagai kalangan untuk menggemarinya.Â
Hal ini menyebabkan ada sekitar 5 juta orang di Jepang pada tahun 2015, menurut data Jasa Sistem Informasi Sosial NRI, menjadi penggemar dari transportasi berbasis rel yang sudah ada sejak tahun 1872 ini di negara tersebut.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir, penggemar kereta api atau dalam istilah Jepang disebut tetsudou wota ini mendapatkan reputasi buruk.Â
Tetsudou wota merupakan istilah umum untuk penggemar kereta api di sana, untuk laki-laki biasa disebut tetsuo sementara untuk yang perempuan biasa disebut tetsuko.
Lebih spesifik lagi, Jepang memiliki kategori penggemar kereta api sesuai dengan bidang kegemarannya masing-masing.Â
Ada yang gemar fotografi atau biasa disebut toritetsu, ada yang gemar naik kereta atau biasa disebut noritetsu, ada yang fokus dengan ekiben (makanan yang dijual di stasiun) disebut ekibentetsu, dan ada juga soshikitetsu yang merujuk pada para pelestari kereta api yang telah pensiun.
Dari beberapa jenis penggemar kereta api tersebut, para fotografer kereta api atau toritetsu ini yang paling mencolok menurut masyarakat awam. Mereka akan lebih mudah dikenali sebagai para penggemar kereta api jika dibandingkan kelompok penggemar kereta api lainnya.
Namun belakangan, para toritetsu inilah yang menjadi sorotan masyarakat lantaran perilakunya yang tidak biasa.Â
Toritetsu diketahui kerap terlibat beradu argumen, memasuki wilayah tanpa izin, hingga kekerasan di stasiun. Meskipun demikian, tidak semua toritetsu berperilaku seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Perilaku tidak wajar ini bukan hal yang baru di Jepang. Beberapa penggemar kereta api senior pun berpendapat bahwa perilaku semacam ini semakin parah belakangan ini.Â