Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

KTT ASEAN 2024: Kesulitan Mengelola Ketegangan di Laut China Selatan

9 Oktober 2024   17:35 Diperbarui: 9 Oktober 2024   17:44 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSlsDJDenilsNk6N_7b4isvW9PpeHKJ5Nsqp0P5Je-YXYjI9W2fax9OwbD5&s=10

Dalam suasana Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang berlangsung di Laos pada 9-11 Oktober 2024, perhatian dunia kembali tertuju pada isu Laut China Selatan yang terus memanas. Pertemuan ini menjadi momentum krusial bagi negara-negara Asia Tenggara untuk membahas dan mencari solusi atas konflik yang semakin kompleks di wilayah tersebut. 

Ketegangan terbaru antara Filipina dan China, serta protes Vietnam terhadap tindakan agresif China, menjadi sorotan utama dalam agenda KTT kali ini. Insiden terbaru yang melibatkan Filipina dan China di Laut China Selatan menambah daftar panjang konfrontasi di wilayah yang diperebutkan ini. 

Pada awal Oktober 2024, Filipina menuduh penjaga pantai China menembakkan meriam air ke kapal-kapal pemerintah Filipina yang sedang dalam misi penyediaan pasokan untuk nelayan di sekitar Scarborough Shoal (Reuters, 2024). 

China, di sisi lain, membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa mereka hanya melakukan "tindakan pengendalian" terhadap kapal-kapal Filipina yang dianggap melanggar perairan China (Reuters, 2024). 

Insiden ini menyoroti kompleksitas klaim tumpang tindih di Laut China Selatan dan potensi eskalasi konflik yang dapat mengancam stabilitas kawasan.

Sementara itu, Vietnam juga mengajukan protes keras terhadap China atas serangan yang dilakukan terhadap nelayan Vietnam di perairan yang disengketakan. Menurut laporan CNN, pihak berwenang China diduga telah menyerang kapal nelayan Vietnam di dekat Kepulauan Paracel pada awal Oktober 2024, mengakibatkan beberapa nelayan terluka (Reuters, 2024). 

Insiden ini semakin memperkeruh hubungan antara Vietnam dan China, serta menambah kompleksitas situasi di Laut China Selatan.

Eskalasi ketegangan ini terjadi di tengah upaya Amerika Serikat untuk memperkuat aliansinya di kawasan Indo-Pasifik. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, hadir dalam KTT ASEAN di Laos untuk membahas berbagai isu regional, termasuk situasi di Myanmar dan Laut China Selatan (Reuters, 2024). 

Kehadiran Blinken menunjukkan komitmen AS dalam menjaga stabilitas kawasan dan mengimbangi pengaruh China yang semakin agresif.

Peran ASEAN sebagai organisasi regional menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan ini. Namun, ASEAN menghadapi dilema dalam menangani konflik Laut China Selatan. Di satu sisi, organisasi ini dituntut untuk menjaga kesatuan dan solidaritas antar anggotanya. 

Di sisi lain, perbedaan kepentingan dan pendekatan masing-masing negara anggota terhadap China menyulitkan ASEAN untuk mengambil sikap yang tegas dan unified.

Beberapa negara anggota ASEAN, seperti Filipina dan Vietnam, menginginkan pendekatan yang lebih tegas terhadap China. Mereka mendorong ASEAN untuk mengadopsi posisi yang lebih kuat dalam menegakkan hukum internasional dan melindungi kepentingan negara-negara anggota di Laut China Selatan. 

Namun, negara-negara ASEAN lainnya, seperti Kamboja dan Laos, cenderung lebih berhati-hati dalam mengkritik China karena ketergantungan ekonomi mereka pada Beijing.

Strategi kolektif
KTT ASEAN di Laos menjadi arena penting bagi negara-negara anggota untuk membahas strategi kolektif dalam menghadapi tantangan di Laut China Selatan. Beberapa poin krusial yang perlu dibahas dalam pertemuan ini antara lain:


1. Memperkuat implementasi Deklarasi tentang Tata Berperilaku Pihak-Pihak di Laut China Selatan (DOC) dan mempercepat finalisasi Code of Conduct (COC) yang mengikat secara hukum.

2. Mendorong dialog multilateral yang konstruktif antara negara-negara pengklaim, termasuk China, untuk mengurangi ketegangan dan mencegah eskalasi konflik.

3. Memperkuat kerja sama maritim antar negara ASEAN, termasuk dalam hal penegakan hukum, keselamatan navigasi, dan pengelolaan sumber daya laut.

4. Mengembangkan mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif dan dapat diterima oleh semua pihak.

5. Memperkuat solidaritas ASEAN dalam menghadapi tekanan eksternal dan menjaga sentralitas ASEAN dalam arsitektur keamanan regional.

Namun, mencapai konsensus dalam isu-isu ini bukanlah tugas yang mudah. Perbedaan pandangan dan kepentingan di antara negara-negara ASEAN dapat menghambat tercapainya solusi yang komprehensif dan efektif. 

Selain itu, pengaruh China yang kuat terhadap beberapa negara ASEAN juga dapat mempengaruhi dinamika pengambilan keputusan dalam organisasi ini.

Di tengah kompleksitas ini, peran negara-negara mitra dialog ASEAN, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia, menjadi semakin penting. Dukungan mereka dapat memperkuat posisi ASEAN dalam menghadapi tantangan di Laut China Selatan. 

Meski begitu, keterlibatan pihak eksternal juga harus dikelola dengan hati-hati untuk menghindari persepsi bahwa ASEAN menjadi arena persaingan kekuatan besar.

Eskalasi ketegangan di Laut China Selatan tidak hanya berdampak pada keamanan regional, tetapi juga dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi kawasan. Laut China Selatan merupakan jalur perdagangan vital yang menghubungkan Asia Timur dengan pasar global. 

Konflik yang berkepanjangan dapat mengganggu arus perdagangan dan investasi, serta menimbulkan ketidakpastian ekonomi yang merugikan semua pihak.

Rekomendasi
Oleh karena itu, ASEAN perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengelola konflik dan mencegah eskalasi lebih lanjut. Beberapa rekomendasi yang dapat dipertimbangkan antara lain:

1. Memperkuat mekanisme konsultasi dan koordinasi antar negara anggota ASEAN dalam merespon perkembangan situasi di Laut China Selatan.

2. Mengintensifkan upaya diplomasi untuk mendorong China agar menghormati hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).

3. Mengembangkan kapasitas maritim negara-negara anggota ASEAN, termasuk dalam hal pengawasan dan penegakan hukum di laut.

4. Mempromosikan kerja sama ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di wilayah Laut China Selatan untuk menciptakan kepentingan bersama dan mengurangi potensi konflik.

5. Memperkuat kemitraan dengan negara-negara mitra dialog untuk mendukung upaya ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan.

Kesimpulannya, eskalasi ketegangan di Laut China Selatan merupakan tantangan serius bagi stabilitas kawasan dan kredibilitas ASEAN sebagai organisasi regional. KTT ASEAN di Laos menjadi momentum penting bagi negara-negara anggota untuk menunjukkan kesatuan dan komitmen dalam menghadapi tantangan ini. 

Meskipun tidak ada solusi cepat untuk menyelesaikan konflik yang kompleks ini, langkah-langkah diplomasi yang konsisten dan pendekatan multilateral yang inklusif dapat membantu mengelola ketegangan dan mencegah eskalasi lebih lanjut. 

Walaupun penyelesaian masih menemui jalan buntu, peran ASEAN tetap sangat penting dalam mengelola konflik di Laut China Selatan. ASEAN sebagai penengah dan fasilitator dialog akan tetap krusial dalam mencari solusi damai dan berkelanjutan.

Sumber:
Reuters. (2024, October 8). Philippines, China Trade Blame in Latest South China Sea Spat. gCaptain. https://gcaptain.com/philippines-china-trade-blame-in-latest-south-china-sea-spat/

Reuters. (2024, October 2). Vietnam protests Chinese force's attack on fishermen in contested South China Sea waters. CNN. https://edition.cnn.com/2024/10/02/asia/vietnam-protest-china-attack-fishermen-intl-hnk/index.html

Reuters. (2024, October 8). Blinken to discuss Myanmar, South China Sea, Ukraine at ASEAN summits. Reuters. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/blinken-discuss-myanmar-south-china-sea-ukraine-asean-summits-2024-10-08/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun