Di tengah kompleksitas ini, peran negara-negara mitra dialog ASEAN, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia, menjadi semakin penting. Dukungan mereka dapat memperkuat posisi ASEAN dalam menghadapi tantangan di Laut China Selatan.Â
Meski begitu, keterlibatan pihak eksternal juga harus dikelola dengan hati-hati untuk menghindari persepsi bahwa ASEAN menjadi arena persaingan kekuatan besar.
Eskalasi ketegangan di Laut China Selatan tidak hanya berdampak pada keamanan regional, tetapi juga dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi kawasan. Laut China Selatan merupakan jalur perdagangan vital yang menghubungkan Asia Timur dengan pasar global.Â
Konflik yang berkepanjangan dapat mengganggu arus perdagangan dan investasi, serta menimbulkan ketidakpastian ekonomi yang merugikan semua pihak.
Rekomendasi
Oleh karena itu, ASEAN perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengelola konflik dan mencegah eskalasi lebih lanjut. Beberapa rekomendasi yang dapat dipertimbangkan antara lain:
1. Memperkuat mekanisme konsultasi dan koordinasi antar negara anggota ASEAN dalam merespon perkembangan situasi di Laut China Selatan.
2. Mengintensifkan upaya diplomasi untuk mendorong China agar menghormati hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
3. Mengembangkan kapasitas maritim negara-negara anggota ASEAN, termasuk dalam hal pengawasan dan penegakan hukum di laut.
4. Mempromosikan kerja sama ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di wilayah Laut China Selatan untuk menciptakan kepentingan bersama dan mengurangi potensi konflik.
5. Memperkuat kemitraan dengan negara-negara mitra dialog untuk mendukung upaya ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan.
Kesimpulannya, eskalasi ketegangan di Laut China Selatan merupakan tantangan serius bagi stabilitas kawasan dan kredibilitas ASEAN sebagai organisasi regional. KTT ASEAN di Laos menjadi momentum penting bagi negara-negara anggota untuk menunjukkan kesatuan dan komitmen dalam menghadapi tantangan ini.Â