Di sisi lain, perbedaan kepentingan dan pendekatan masing-masing negara anggota terhadap China menyulitkan ASEAN untuk mengambil sikap yang tegas dan unified.
Beberapa negara anggota ASEAN, seperti Filipina dan Vietnam, menginginkan pendekatan yang lebih tegas terhadap China. Mereka mendorong ASEAN untuk mengadopsi posisi yang lebih kuat dalam menegakkan hukum internasional dan melindungi kepentingan negara-negara anggota di Laut China Selatan.Â
Namun, negara-negara ASEAN lainnya, seperti Kamboja dan Laos, cenderung lebih berhati-hati dalam mengkritik China karena ketergantungan ekonomi mereka pada Beijing.
Strategi kolektif
KTT ASEAN di Laos menjadi arena penting bagi negara-negara anggota untuk membahas strategi kolektif dalam menghadapi tantangan di Laut China Selatan. Beberapa poin krusial yang perlu dibahas dalam pertemuan ini antara lain:
1. Memperkuat implementasi Deklarasi tentang Tata Berperilaku Pihak-Pihak di Laut China Selatan (DOC) dan mempercepat finalisasi Code of Conduct (COC) yang mengikat secara hukum.
2. Mendorong dialog multilateral yang konstruktif antara negara-negara pengklaim, termasuk China, untuk mengurangi ketegangan dan mencegah eskalasi konflik.
3. Memperkuat kerja sama maritim antar negara ASEAN, termasuk dalam hal penegakan hukum, keselamatan navigasi, dan pengelolaan sumber daya laut.
4. Mengembangkan mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif dan dapat diterima oleh semua pihak.
5. Memperkuat solidaritas ASEAN dalam menghadapi tekanan eksternal dan menjaga sentralitas ASEAN dalam arsitektur keamanan regional.
Namun, mencapai konsensus dalam isu-isu ini bukanlah tugas yang mudah. Perbedaan pandangan dan kepentingan di antara negara-negara ASEAN dapat menghambat tercapainya solusi yang komprehensif dan efektif.Â
Selain itu, pengaruh China yang kuat terhadap beberapa negara ASEAN juga dapat mempengaruhi dinamika pengambilan keputusan dalam organisasi ini.