Lalu, Jones (2022) menyoroti adanya perbedaan pendekatan di antara negara-negara anggota ASEAN telah menghambat respon yang efektif terhadap situasi di Myanmar. Perbedaan sikap itu berujung pada kohesivitas regional ASEAN.Â
Kohesivitas regionalÂ
Kohesivitas regional dapat didefinisikan sebagai tingkat keterpaduan dan solidaritas di antara negara-negara dalam suatu kawasan (Acharya, 2014).Â
Dalam konteks ASEAN, rendahnya kohesivitas regional tercermin dalam beberapa aspek. Pertama, negara-negara ASEAN memiliki kepentingan nasional yang beragam, yang sering kali bertentangan satu sama lain.Â
Dalam kasus Myanmar, misalnya, Thailand dan Vietnam cenderung lebih berhati-hati dalam mengkritik junta militer Myanmar karena kepentingan ekonomi dan keamanan mereka (Chongkittavorn, 2023).Â
Di sisi lain, Indonesia dan Malaysia telah mengambil sikap yang lebih tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar (Parameswaran, 2022).
Kedua, disparitas ekonomi dan politik di antara negara-negara ASEAN juga berkontribusi pada rendahnya kohesivitas regional. Negara-negara seperti Singapura dan Indonesia memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan ASEAN. Sedangkan, negara-negara seperti Kamboja dan Laos sering kali memiliki suara yang lebih lemah (Emmers, 2021).
Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan ketegangan dan kurangnya rasa kepemilikan bersama terhadap inisiatif regional. Beberapa kesepakatan regional hanya berhenti di meja-meja perundingan ASEAN, tetapi tidak mendapat penguatan nasional dalam bentuk pelaksanaan kebijakan regional di negara-negara anggota.
Ketiga, keragaman sistem politik di ASEAN, mulai dari demokrasi hingga otoritarianisme, juga mempersulit pencapaian konsensus dalam isu-isu sensitif seperti krisis Myanmar. Negara-negara dengan sistem politik yang lebih terbuka cenderung mendorong pendekatan yang lebih tegas terhadap junta Myanmar, sementara negara-negara dengan sistem yang lebih otoriter cenderung menghindari kritik terbuka (Tan, 2023).
Terakhir, intervensi dan pengaruh kekuatan eksternal, terutama Amerika Serikat dan Cina, juga mempengaruhi kohesivitas ASEAN. Beberapa negara anggota cenderung lebih dekat dengan AS, sementara yang lain lebih condong ke Cina. Perbedaan orientasi ini dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap isu-isu regional, termasuk krisis Myanmar (Acharya, 2023).
Rendahnya kohesivitas regional di ASEAN memiliki implikasi langsung terhadap upaya penyelesaian krisis Myanmar. Meskipun ASEAN telah menyepakati Konsensus Lima Poin sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan krisis Myanmar, implementasinya tetap lemah.Â