Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengatasi Kebuntuan ASEAN dalam Penyelesaian Krisis Myanmar

13 Agustus 2024   08:25 Diperbarui: 13 Agustus 2024   08:50 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini sebagian disebabkan oleh kurangnya mekanisme penegakan dan perbedaan interpretasi di antara negara-negara anggota mengenai bagaimana konsensus tersebut harus diterapkan (Chongkittavorn, 2023).

Perbedaan pendekatan di antara negara-negara ASEAN juga telah menghalangi organisasi ini untuk memberikan tekanan yang efektif terhadap junta militer Myanmar. Sementara beberapa negara mendukung sanksi dan isolasi diplomatik, yang lain lebih memilih pendekatan yang lebih lunak (Parameswaran, 2022). 

Rendahnya kohesivitas juga membatasi kemampuan ASEAN untuk berkoordinasi secara efektif dengan aktor eksternal seperti PBB, AS, dan Cina dalam upaya penyelesaian krisis Myanmar. Perbedaan pandangan di antara negara-negara anggota mengenai peran aktor eksternal telah menghambat pendekatan yang koheren (Jones, 2022).

Kegagalan ASEAN dalam menangani krisis Myanmar secara efektif telah mengikis kredibilitas organisasi ini, baik di mata masyarakat kawasan maupun komunitas internasional. Hal ini dapat berdampak negatif pada kemampuan ASEAN untuk menangani tantangan regional di masa depan (Emmers, 2021).

Terobosan

Menghadapi tantangan ini, beberapa langkah terobosan dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kohesivitas regional ASEAN. ASEAN perlu memperkuat mekanisme institusionalnya untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih efektif dan implementasi kebijakan yang lebih kuat. Ini dapat mencakup pembentukan badan pengawas independen untuk memantau implementasi kesepakatan regional (Tan, 2023).

Diperlukan juga dialog yang lebih intensif di antara negara-negara anggota ASEAN untuk menjembatani perbedaan dan membangun pemahaman bersama mengenai isu-isu kritis seperti krisis Myanmar. Forum-forum informal dapat memainkan peran penting dalam proses ini (Acharya, 2023). 

ASEAN perlu bekerja keras untuk mengembangkan identitas regional yang lebih kuat yang melampaui perbedaan nasional. Ini dapat dicapai melalui peningkatan pertukaran budaya, pendidikan, dan people-to-people contact di antara negara-negara anggota (Chong, 2022).

Selain itu, ASEAN harus meningkatkan keterlibatannya dengan masyarakat sipil dan aktor non-pemerintah dalam upaya penyelesaian krisis regional. Hal ini dapat membantu memperluas perspektif dan meningkatkan legitimasi upaya ASEAN (Jones, 2022).

Pada ulang tahunnya yang ke-57, ASEAN menghadapi tantangan besar dalam menyelesaikan krisis Myanmar. Rendahnya kohesivitas regional telah menjadi hambatan signifikan dalam upaya organisasi ini untuk menangani situasi tersebut secara efektif. 

Namun, krisis ini juga dapat dilihat sebagai peluang bagi ASEAN untuk mereformasi diri dan memperkuat kohesivitas regionalnya. Dengan meningkatkan dialog intra-regional, memperkuat mekanisme institusional, dan mengembangkan identitas ASEAN yang lebih kuat, organisasi ini dapat meningkatkan kemampuannya untuk menangani tantangan regional seperti krisis Myanmar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun