Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengatasi Kebuntuan ASEAN dalam Penyelesaian Krisis Myanmar

13 Agustus 2024   08:25 Diperbarui: 13 Agustus 2024   08:50 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reuters/Lim Huey Teng

Lalu, Jones (2022) menyoroti adanya perbedaan pendekatan di antara negara-negara anggota ASEAN telah menghambat respon yang efektif terhadap situasi di Myanmar. Perbedaan sikap itu berujung pada kohesivitas regional ASEAN. 

Kohesivitas regional 

Kohesivitas regional dapat didefinisikan sebagai tingkat keterpaduan dan solidaritas di antara negara-negara dalam suatu kawasan (Acharya, 2014). 

Dalam konteks ASEAN, rendahnya kohesivitas regional tercermin dalam beberapa aspek. Pertama, negara-negara ASEAN memiliki kepentingan nasional yang beragam, yang sering kali bertentangan satu sama lain. 

Dalam kasus Myanmar, misalnya, Thailand dan Vietnam cenderung lebih berhati-hati dalam mengkritik junta militer Myanmar karena kepentingan ekonomi dan keamanan mereka (Chongkittavorn, 2023). 

Di sisi lain, Indonesia dan Malaysia telah mengambil sikap yang lebih tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar (Parameswaran, 2022).

Kedua, disparitas ekonomi dan politik di antara negara-negara ASEAN juga berkontribusi pada rendahnya kohesivitas regional. Negara-negara seperti Singapura dan Indonesia memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan ASEAN. Sedangkan, negara-negara seperti Kamboja dan Laos sering kali memiliki suara yang lebih lemah (Emmers, 2021).

Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan ketegangan dan kurangnya rasa kepemilikan bersama terhadap inisiatif regional. Beberapa kesepakatan regional hanya berhenti di meja-meja perundingan ASEAN, tetapi tidak mendapat penguatan nasional dalam bentuk pelaksanaan kebijakan regional di negara-negara anggota.

Ketiga, keragaman sistem politik di ASEAN, mulai dari demokrasi hingga otoritarianisme, juga mempersulit pencapaian konsensus dalam isu-isu sensitif seperti krisis Myanmar. Negara-negara dengan sistem politik yang lebih terbuka cenderung mendorong pendekatan yang lebih tegas terhadap junta Myanmar, sementara negara-negara dengan sistem yang lebih otoriter cenderung menghindari kritik terbuka (Tan, 2023).

Terakhir, intervensi dan pengaruh kekuatan eksternal, terutama Amerika Serikat dan Cina, juga mempengaruhi kohesivitas ASEAN. Beberapa negara anggota cenderung lebih dekat dengan AS, sementara yang lain lebih condong ke Cina. Perbedaan orientasi ini dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap isu-isu regional, termasuk krisis Myanmar (Acharya, 2023).

Rendahnya kohesivitas regional di ASEAN memiliki implikasi langsung terhadap upaya penyelesaian krisis Myanmar. Meskipun ASEAN telah menyepakati Konsensus Lima Poin sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan krisis Myanmar, implementasinya tetap lemah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun