Setelah bertahun-tahun terpecah-belah, faksi-faksi politik Palestina akhirnya mencapai kesepakatan bersejarah di Beijing pada 23 Juli 2024.Â
Deklarasi Beijing yang ditandatangani oleh 14 faksi Palestina, termasuk Fatah dan Hamas, menjadi titik awal yang menjanjikan bagi upaya perdamaian di Palestina dan kawasan Timur Tengah yang sering bergolak.
Bersatunya kelompok Hamas dan Fatah Dalam sebuah Deklarasi Beijing tentu saja dapat menjadi tahap awal paling krusial bagi perdamaian di Palestina. Apalagi sejarah mencatatkan terlalu banyak kegagalan dalam rekonsiliasi antara kedua kelompok itu.
Pertemuan di Beijing dapat dianggap merupakan terobosan penting dalam mengatasi perpecahan internal Palestina yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Sejak konflik bersenjata antara Fatah dan Hamas pada 2007, kedua faksi utama Palestina telah terpecah.Â
Kelompok Fatah menguasai Tepi Barat. Sedangkan Hamas mengendalikan Jalur Gaza. Upaya-upaya rekonsiliasi sebelumnya, seperti yang difasilitasi oleh Mesir, selalu menemui jalan buntu.
Meski begitu, Deklarasi Beijing telah membuka jalan baru. Dalam deklarasi tersebut, 14 faksi Palestina sepakat untuk mengakhiri perpecahan dan memperkuat persatuan nasional.Â
Mereka berkomitmen untuk membentuk pemerintahan sementara rekonsiliasi nasional. Tugas pemerintahan ini adalah berfokus pada rekonstruksi Jalur Gaza pasca-konflik dan menyiapkan pemilihan umum sesegera mungkin.Â
Mrlalui Deklarasi itu, seluruh faksi Palestina, termasuk Hamas, menyatakan komitmen mereka pada berdirinya negara Palestina di atas perbatasan wilayah tahun 1967. Kesepakatan merupakan perubahan penting karena selama ini Hamas menolak mengakui keberadaan Israel.
Kesepakatan itu juga menegaskan kembali komitmen untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, sesuai dengan resolusi PBB.
Peran China
Keberhasilan China dalam memfasilitasi kesepakatan ini tidak dapat diremehkan. Sebagai salah satu negara pertama yang mengakui PLO dan negara Palestina, China telah lama menjadi pendukung setia perjuangan rakyat Palestina.
Dalam pertemuan di Beijing, pemerintah China menunjukkan perannya yang semakin menonjol di kawasan Timur Tengah. Sebelumnya, China juga berhasil menjadi perantara dalam perjanjian damai antara Arab Saudi dan Iran.
Menurut Menteri Luar Negeri China Wang Yi, rekonsiliasi internal Palestina adalah kunci untuk menyelesaikan masalah Palestina dan mencapai perdamaian serta stabilitas di Timur Tengah. Deklarasi Beijing diharapkan dapat membuka jalan bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun
Tantangan
Namun, tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan kesepakatan ini tidak boleh disepelekan. Banyak pihak beranggapan masih ada komplikasi yang harus diatasi.Â
Salah satunya adalah permusuhan yang mendalam antara faksi-faksi Palestina dan oposisi Barat terhadap peran Hamas dalam pemerintahan. Tantangan lainnya yaitu, tidak ada jadwal yang jelas untuk implementasi kesepakatan Deklarasi Beijing tersebut.
Ada pandangan bahwa pembentukan pemerintahan persatuan apapun yang melibatkan Hamas bakal ditolak oleh Amerika Serikat, Israel, dan Inggris. Ketiga negara itu sepertinya memiliki konsensus untuk mengecualikan Hamas dari peran apapun setelah perang.
Akibatnya, dukungan internasional, terutama dari negara-negara Barat, akan menjadi kunci bagi keberhasilan implementasi Deklarasi Beijing.
Di sisi lain, para pejuang Hamas menyambut baik deklarasi tersebut. Bagi Hamas, kesepakatan ini menciptakan "hambatan terhadap semua intervensi regional dan internasional yang berupaya untuk memaksakan kenyataan yang bertentangan dengan kepentingan rakyat Palestina".Â
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan tujuannya untuk menghancurkan Hamas. Berbeda dengan kelompok Fatah, banyak pihak eksternal memandang Hamas sebagai kelompok teroris yang didukung Iran.
Di tengah berbagai tantangan itu, Deklarasi Beijing tidak bisa dielakkan sekaligus menjadi langkah penting dalam upaya menyatukan Palestina dan membuka jalan bagi penyelesaian konflik yang telah berlangsung lama.Â
Sebagaimana dikatakan oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi, rekonsiliasi intra-Palestina akan membawa harapan dan masa depan bagi rakyat Palestina. Rekonsiliasi kelompok-kelompok Palestina itu merupakan prasyarat penting untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.
Selanjutnya, keberhasilan implementasi Deklarasi Beijing akan sangat bergantung pada kemampuan faksi-faksi Palestina untuk mengesampingkan perbedaan ideologis dan kepentingan politik jangka pendek demi kepentingan yang lebih besar, yaitu perjuangan untuk kemerdekaan Palestina.
Jika dapat diimplementasikan dengan baik, maka Deklarasi Beijing akan menjadi titik awal yang menjanjikan bagi perdamaian di Palestina dan kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.
Setelah bertahun-tahun terjebak dalam konflik dan perpecahan, rakyat Palestina akhirnya dapat melihat secercah harapan untuk mewujudkan cita-cita mereka membangun negara yang merdeka dan berdaulat.
***
Sumber:
1. Deklarasi Beijing disebut akhiri perpecahan faksi di Palestina, https://m.antaranews.com/amp/berita/4212468/deklarasi-beijing-disebut-akhiri-perpecahan-faksi-di-palestina
2. Deklarasi Beijing Sukses Menyatukan Faksi Politik Palestina untuk Bersepakat, https://internasional.kontan.co.id/news/deklarasi-beijing-sukses-menyatukan-faksi-politik-palestina-untuk-bersepakat
3. Hamas dan Fatah Bersatu, Sepakati Deklarasi di Beijing, https://www.voaindonesia.com/a/hamas-dan-fatah-bersatu-sepakati-deklarasi-di-beijing/7710237.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H