Pada tahun 2007, Estonia menjadi korban serangan siber berskala besar yang melumpuhkan infrastruktur digital negara tersebut selama beberapa minggu. Serangan ini, yang diduga dilakukan oleh aktor-aktor yang terkait dengan Rusia.
Kasus itu menunjukkan bagaimana Internet dapat dimanfaatkan sebagai senjata untuk mengganggu stabilitas sistem internasional. Insiden serangan itu juga menjadi tonggak sejarah dalam evolusi peperangan siber dan menggarisbawahi kerentanan negara-negara terhadap ancaman digital.
Contoh lain yang lebih baru adalah serangan ransomware WannaCry pada tahun 2017. Serangan iti mempengaruhi lebih dari 200.000 komputer di 150 negara. Akibatnya, sistem kesehatan nasional Inggris, perusahaan telekomunikasi Spanyol Telefónica, dan banyak organisasi lainnya di seluruh dunia lumpuh (Ehrenfeld, 2017).Â
Kejadian-kejadian itu mengungkapkan bagaimana serangan siber dapat memiliki dampak luas dan melintasi batas-batas negara. Serangan siber bahkan mengancam tidak hanya keamanan nasional tetapi juga kesejahteraan masyarakat global.
Perang jaringanÂ
Menurut John Arquilla dan David Ronfeldt dalam buku mereka "Networks and Netwars: The Future of Terror, Crime, and Militancy" (2001), serangan siber seperti ini dapat dianggap sebagai bentuk "perang informasi" atau "perang jaringan."Â
Dalam perang semacam itu, aktor-aktor non-negara dapat memanfaatkan kerentanan sistem jaringan global untuk mencapai tujuan mereka, tanpa harus terlibat dalam konfrontasi fisik yang lebih tradisional. Serangan siber menjadi ancaman yang semakin sulit untuk diatasi oleh aktor-aktor negara.
Selain itu, kuasa struktural Internet juga dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi opini publik dan mengubah persepsi masyarakat global.
Manuel Castells, dalam bukunya "The Rise of the Network Society" (1996), menjelaskan bahwa Internet telah menciptakan "ruang jaringan." Ruang seperti itu dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi, memobilisasi dukungan, dan mempengaruhi wacana publik (Castells, 1996).Â
Ruang-ruang itu dapat digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk mendiskreditkan lawan mereka, menciptakan polarisasi, dan pada akhirnya, melumpuhkan sistem jaringan global.Â
Kasus intervensi Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016 adalah contoh nyata dari bagaimana kuasa struktural Internet dapat digunakan untuk mempengaruhi proses demokratis dan stabilitas politik global.Â