Dalam bukunya "The Tragedy of Great Power Politics" (2001), John J. Mearsheimer mengungkapkan kecenderungan negara-negara berusaha memaksimalkan kekuatan relatifnya terhadap negara-negara lain dalam upaya memastikan keamanan nasionalnya.
Selain itu, polarisasi dukungan juga terjadi di dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Negara-negara Teluk Arab di OKI cenderung pro-Israel. Sedangkan, negara-negara, seperti Malaysia dan Indonesia lebih condong kepada Iran.Â
Hal ini tentu saja menghambat upaya OKI untuk mengambil sikap tegas dalam menangani konflik Israel-Iran. Menurut Karen A. Mingst dan Iván M. ArreguÃn-Toft (2017), organisasi internasional seringkali menghadapi kesulitan dalam mengambil tindakan kolektif karena adanya perbedaan kepentingan di antara negara-negara anggotanya.
Perbandingan aliansi
Polarisasi dukungan di antara negara-negara Timur Tengah terhadap Israel dan Iran dalam konteks eskalasi ketegangan terkini memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan situasi sebelumnya.
Kesamaan:
1. Pola aliansi tradisional
Pola aliansi tradisional di Timur Tengah masih relatif konsisten, di mana negara-negara Arab Teluk seperti Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Kuwait cenderung mendukung Israel dalam menghadapi Iran.Â
Sementara Iran masih mendapat dukungan dari Suriah, Hizbullah, Hamas, dan milisi-milisi Syiah di Irak. Pola ini telah terbentuk sejak lama dan didasarkan pada pertimbangan ideologis, ancaman yang dihadapi, serta kepentingan nasional masing-masing negara.
2. Persaingan Iran-Arab Saudi