Tentu saja, realisme defensif bukanlah satu-satunya lensa untuk memahami diplomasi Indonesia. Faktor-faktor lain seperti identitas nasional, norma, dan kepentingan domestik juga turut berperan.Â
Namun, perspektif ini menyoroti motivasi utama Jakarta untuk melindungi keamanan dan kepentingan nasionalnya di tengah tekanan persaingan AS-Tiongkok.
Seperti disimpulkan Mohammed Ayoob (1995), salah satu kontributor utama realisme defensif, "Tujuan pertama dan terpenting bagi sebagian besar negara berkembang adalah mempertahankan identitas, integritas teritorial, dan kelangsungan hidup politik mereka.Â
Diplomasi penyeimbangan Indonesia sejalan dengan prinsip ini, yaitu berupaya memaksimalkan keuntungan dari keterlibatan dengan kekuatan adidaya. Selain itu, strategi diplomasi ini juga dapat membatasi risiko dan ancaman yang dapat merusak otonomi dan kedaulatannya.
Dengan menerapkan pendekatan realis-defensif yang pragmatis dan berdasar kepentingan nasional, Indonesia dapat terus bernavigasi di perairan dinamis Indo-Pasifik sambil mempertahankan kemandiriannya sebagai negara berdaulat.Â
Hanya dengan menjaga keseimbangan yang cermat di antara kedua negara adidaya, Jakarta dapat memastikan kepentingan nasionalnya tetap terlindungi dari dampak persaingan kekuatan besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H