ASEAN misalnya semakin memainkan peranan penting sebagai mekanisme kerjasama politik dan ekonomi utama di kawasan ini. Di sisi lain, ketegangan territorial dan sengketa perbatasan di Laut Tiongkok Selatan menjadi ancaman stabilitas kawasan dan berpotensi memicu konflik yang lebih besar antara Tiongkok dan beberapa negara Asia Tenggara.
Beberapa pola konflik dan kerjasama utama di Asia Tenggara dewasa ini antara lain:
1. Ketegangan di Laut Tiongkok Selatan
Cina dan beberapa negara ASEAN seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia bertikai soal klaim territorial dan batas ZEE di perairan Laut Tiongkok Selatan yang kaya akan sumber daya. Ketegangan ini berpotensi memicu konflik bersenjata dan mengganggu stabilitas kawasan.
2. Ancaman terorisme dan radikalisme
Terorisme dan ekstremisme menjadi ancaman nyata bagi sebagian besar negara Asia Tenggara. Gerakan radikal seperti JI dan ISIS mendorong negara-negara ASEAN mempererat kerja sama keamanan dan intelijen guna memberantas terorisme regional.
3. Integrasi ekonomi melalui ASEAN
Kerjasama ekonomi di bawah naungan ASEAN terus diperdalam dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015. Integrasi ekonomi yang lebih erat ini mendorong saling ketergantungan dan meningkatkan kerja sama lintas negara di Asia Tenggara.
4. Pengaruh Tiongkok yang makin besar
Pertumbuhan cepat ekonomi dan pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Pasifik menyebabkan negara-negara Asia Tenggara harus menyeimbangkan hubungan dengan berbagai kekuatan besar dunia. Tiongkok kini menjadi mitra dagang dan investor utama bagi sejumlah negara ASEAN.
Faktor Domestik dan Politik Luar Negeri
Pola-pola konflik dan kerjasama di atas menjelaskan saling pengaruh antara isu politik domestik dan kebijakan luar negeri negara-negara di Asia Tenggara. Dinamika politik internal dari masing-masing negara ASEAN kerap kali berdampak pada bagaimana mereka merumuskan dan menjalankan kebijakan luar negerinya di kancah regional maupun global.
Walaupun setiap negara memiliki masalah-masalah domestiknya sendiri, beberapa masalah itu secara langsung atau tidak langsung berdimensi regional. Dinamika konflik domestik di negara-negara ASEAN juga seringkali merembes dan mempengaruhi stabilitas kawasan secara keseluruhan.
Akibatnya, ada upaya-upaya sebuah negara mencampuri urusan domestik negara lain. Masalah domestik itu menjadi semakin kompleks ketika memiliki kaitan dengan kepentingan-kepentingan global, sepwrti AS dan China.
Sebagai contoh, pergeseran sistem politik dan kepemimpinan nasional yang terjadi di Indonesia, Thailand, Filipina, dan Myanmar dalam beberapa dekade terakhir turut mempengaruhi kecenderungan kebijakan luar negeri serta tingkat keterlibatan dalam kerjasama ASEAN dan isu-isu kawasan.Â
Di sisi lain, perkembangan lingkungan strategis global dan regional juga memberi tekanan balik yang signifikan terhadap situasi politik internal negara Asia Tenggara. Persaingan kekuatan besar AS, China dan sekutunya di kawasan ini misalnya, mendorong negara-negara ASEAN melakukan balancing dengan mendekat ke kekuatan tertentu demi kepentingan domestik.Â
Sikap itu diambil, meskipun menimbulkan resiko instabilitas dan intervensi asing dalam jangka panjang. Dalam beberapa tahun terakhir ini, cara negara-negara di ASEAN tampaknya berbeda dengan ASEAN sebagai satu-satunya organisasi regional di kawasan Asia Tenggara. Kebijakan luar negeri tiap-tiap negara anggota ASEAN bisa saja berbeda dengan sikap ASEAN.