Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Janji Blinken Menata Keamanan Indo-Pasifik, Akankah Terwujud?

17 Desember 2021   13:00 Diperbarui: 17 Desember 2021   17:00 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://foreignpolicywatchdog.com/wp-content/uploads/2021/12/secretary-blinkens-remarks-on-a-free-and-open-indo-pacific.jpg

AS dan China sebenarnya telah menyepakati ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Namun demikian, kesepakatan itu tetap memerlukan praktik nyata di kawasan itu berkaitan dengan sentralitas ASEAN dan tidak adanya intervensi negara-negara besar di kawasan itu. Kenyataannya, kehadiran dan rivalitas AS-China telah memecah-belah ke-10 negara-negara anggota ASEAN.

Janji kedua, yaitu bahwa AS akan melawan agresi China di Laut China Selatan. AS memandang perilaku China di Laut China Selatan bertentangan dengan hukum internasional. 

Untuk merespon agresivitas China, Washington memperkuat aliansi perjanjian dengan sekutunya di kawasan dan jalinan kemitraan, termasuk dengan ASEAN, serta menjanjikan lebih banyak investasi di kawasan Indo-Pasifik.

Dalam rencana kembalinya AS di kawasan ini, negara besar itu telah membentuk aliansi anti-China, seperti AUKUS bersama Inggris dan Australia. Selain itu, AS juga membentuk QUAD (Quadrilateral Security Dialogue) yang terdiri dari AS, Australia, India, dan Jepang juga dianggap sebagai aliansi untuk menahan pengaruh China di kawasan.

Janji itu masih menunggu realitas pelaksanaannya mengingat selama empat tahun sebelumnya AS cenderung menarik diri dari keterlibatan globalnya, termasuk di kawasan Indo-Pasifik. Faktor lain, yaitu pandemi Covid-19, juga menjadi faktor bagi pemerintahan baru di AS di bawah Presiden Joe Biden untuk memprioritaskan isu domestik itu. 

Hingga akhir 2021 ini, upaya AS untuk kembali lagi di berbagai kerja sama multilateral masih pada tahap awal, yaitu janji atau komitmen. Salah satu janji strategis AS adalah menata keamanan di kawasan Indo-Pasifik. 

Realita berbeda

Dalam konteks itu, respon pesimisme terhadap janji itu menjadi wajar. Pesimisme pertama berkaitan dengan janji AS yang tanpa bukti nyata. Sebagai sebuah awal dari kembalinya ke kawasan ini, janji AS memang penting dan sangat ditunggu negara-negara sekutunya. Namun demikian, janji itu dipandang telah dinyatakan secara berulang, tanpa bukti nyata. 

Negara-negara di kawasan ini sedang menunggu bukti nyata dari janji AS. Sementara itu, kunjungan Blinken ke Asia Tenggara tidak menunjukkan adanya perwujudan nyata janji-janji itu. Hampir satu tahun janji itu dinyatakan sejak Biden dinyatakan menang dalam pemilihan presiden AS akhir tahun lalu.

Pesimisme kedua adalah eksklusivisme kerja sama atau pakta pertahanan yang diinisiasi AS. Inisiatif AS hanya dan masih terbatas pada India, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. 

Pakta pertahanan QUAD dan AUKUS hanya melibatkan AS dengan keempat negara itu ditambah Inggris. Kedua insiatif pertahanan AS itu sangat berbeda dengan NATO, misalnya, yang meliputi hampir semua negara di sebuah kawasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun