Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ada Banyak Jenis Cancel Culture dalam Hubungan Internasional

14 September 2021   23:59 Diperbarui: 16 September 2021   13:44 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan boikot secara internasional adalah etika atau norma internasional yang dilanggar atau tidak dijalankan oleh sebuah negara. Korea Utara dapat menjadi contoh sebagai sebuah negara yang diboikot secara internasional. 

Boikot seperti ini bisa dilakukan sebagai tindakan saling balas antara blok Barat yang dipimpin AS dengan blok Timur yang dipimpin Uni Soviet di masa Perang Dingin.

5. Keberhasilan sebuah boikot ditentukan oleh banyaknya jumlah dan sumber daya aktor pendukung, serta ruang lingkup isu yang diangkat. Ketiga faktor ini menentukan keberlangsungan sebuah boikot terhadap negara lain. 

Boikot AS terhadap Korea Utara misalnya dapat dipakai sebagai salah satu contoh ini. Begitu juga boikot AS terhadap persenjataan pada pesawat tempur F15 milik Indonesia.

Dengan ulasan itu, maka boikot atau cancel culture bukanlah merupakan fenomena baru dalam huhungan internasional. Hubungan di antara berbagai aktor dalam hubungan internasional selalu berada di antara titik kerja sama dan konflik. Ketika konflik terjadi, maka konflik dapat diikuti oleh boikot demi kemenangan pihak pemberi boikot itu.

Alih-alih menerapkan konflik, banyak negara atau aktor berupaya keras menjalin kerja sama dan menghindari aksi boikot. Meskipun begitu, tindakan boikot tidak terhindarkan dan kebijakan boikot kadang-kadang berperan efektif dalam mengurangi potensi atau skala konflik dalam hubungan internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun