Sebenarnya ada banyak sekali solusi untuk menghindari situasi overthinking dalam penulisan skripsi mahasiswa.
Berdasarkan ketiga lokasi overthinking di atas, beberapa solusi ini bisa coba diterapkan, antara lain:
Pertama, mahasiswa perlu memilih atau membuat judul atau topik yang menjadi minat dan disenangi.Â
Minat ini mewakili pikiran atau rasio yang berkaitan dengan kepuasan akademik atau pengetahuan mengenai isu tertentu. Sedangkan "disenangi" mewakili afeksi atau perasaan senang menulis topik itu, bukan topik atau judul lain.Â
Dengan perasaan senang itu, maka penulisan skripsi bukan merupakan sesuatu yang membuat mahasiswa menderita.Â
Dengan cara ini, overthinking bisa dihindari. Mahasiswa bisa menulis skripsi sesuai jadwal dan diselesaikan pada waktu yang telah direncanakan.
Kedua, menentukan permasalahan atau pertanyaan penelitian dengan menggunakan kata tanya, misalnya bagaimana atau sejauh mana, mengapa, apa penyebab, bagaimana pengaruh, dan seterusnya.Â
Pertanyaan itu perlu dibuat sesederhana mungkin agar tentu saja mudah dijawab atau dijelaskan di bagian pembahasan skripsi.Â
Ketiga, membuat kerangka penulisan skripsi. Misalnya bab metodologi berisi apa saja, demikian juga pada isi bab pembahasan.Â
Menentukan isi bab pembahasan, misalnya, bisa saja gampang-gampang susah karena ini tergantung pada sejauh mana pengetahuan mahasiswa mengenai topik yang ditulisnya.Â
Namun demikian, melalui kerangka penulisan ini, apa saja yang perlu ditulis di bagian pembahasan dapat dipetakan oleh mahasiswa dengan bimbingan dosennya. Harapannya, mahasiswa tidak mengalami overthinking jika telah memiliki kerangka penulisan.Â